SIAPKAN DIRI: Lahan batu bara di perut bumi Kutai Barat bakal habis, kini mulai dirasakan dampak PHK. Belum lagi dampak IKN, tidak siap akan jadi penonton.
MEDIAOKE, KALTIM PERS – Angka pengangguran di Kutai Barat, bakal terus meningkat. Menyusul, langkah manajemen PT Thiess yang akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara bertahap, sejak awal 2023. Puncak PHK, Juli 2025.
Padahal bekerja di PT Thiess, selain karyawan dapat mengantongi penghasil besar. Di samping itu banyak keahlian yang diperoleh selama menjadi karyawan. “Manajemen PT Thiess sudah melaporkan kepada kami, yang akan gelombang PHK lagi dan puncaknya hingga Juli 2025,” kata Rudy Suhartono, Kepala Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, awal Oktober 2024.
Informasi PHK ini disampaikan perwakilan manajemen kepada setiap kepala kampung yang menjadi kampung binaan oleh PT Thiess selaku sub kontraktor PT Teguh Sinar Abadi (TSA). Bahwa PT TSA adalah anak perusahaan Bayan Group yang segera mengakhiri tambang batu bara karena sudah tidak ada lagi batu bara yang bisa di keruk di Bumi Tanaa Purai Ngeriman, Kutai Barat. Supaya PHK ini dapat diketahui oleh masing-masing kepala kampung binaan.
Karena dari jumlah total 1.000 lebih karyawan sebagian dari karyawan lokal atau dari kampung binaan tersebut. Upaya PHK ini, lanjut dia, akibat akan berakhirnya lahan tambang batu bara yang dikerjakan PT Thiess. “Memang saya sudah di-PHK oleh manajemen PT. Thiess. Alhamdullilah sudah mendapatkan pesangon untuk modal usaha,” kata salah seorang mantan karyawan PT. Thiess. Namun ada pula yang harus gigit jari tidak mendapatkan pesangon. Hal ini akibat berhenti bekerja sebelum di-PHK. “Saya memang terpaksa harus berhenti bekerja di PT Thiess karena mau kuliah di Samarinda, awal Agustus 2024,” terang salah seorang karyawati.
BANYAK PENGANGGURAN
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kutai Barat, bahwa angka pengangguran terus meningkat. Data 2021 mencapai 4,6 persen. Meningkat, data 2023 sebesar 6,16 persen.
Padahal data jumlah perusahaan di Kutai Barat sangat banyak yakni 248 perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan maupun perkebunan kelapa sawit. Disinyalir perusahaan tidak sepenuhnya mengutamakan tenaga kerja lokal Kutai Barat.
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kutai Barat mengakui, banyaknya pencari kerja dari luar. Ditambahkan, Plt Disnaker Kutai Barat Ambo Upe didampingi Suhartoyo, Pejabat Pengantar Kerja Disnaker Kutai Barat, bahwa jumlah lulusan SMA dan SMK di Kutai Barat lebih banyak. Sementara peluang kerja yang tersedia terbatas. Rata-rata tidak memiliki skill (keahlian). Masalah lainnya lagi, bahwa pihak perusahaan memerlukan karyawan yang memiliki skill (keahlian).
Kesiapan skill inilah, kata dia, melibatkan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan kerja sama dengan sejumlah Perusahaan. Pelatihan yang dibuka yakni komputer, mekanik, dan driver. (rud/KP)