Kawasan Duka di Gunung Merapi, Malah jadi Destinasi Wisata

SEJARAH DUKA : Bunker Kaliadem inilah tewasnya 2 orang yang kini jadi destinasi wisata di Gunung Merapi. Peserta Bimtek PPKN dari kampung se-Kecamatan Muara Pahu melakukan studi tiru wisata di Bunker Kaliadem, Kamis (24/9/2025).

Bekas erupsi besar di Gunung Merapi justru disulap jadi destinasi wisata. Apa saja potensi alam selalu mendatangkan uang. Hal ini jika sikap dan kebijakan pemerintahnya peka terhadap pundi-pundi pendapatan daerahnya. Contohnya, kawasan lereng selatan Gunung Merapi di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kini mendatangkah ratusan wisata setiap bulan. Berjarak sekitar 30 km dari pusat kota Yogyakarta, lokasi ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1–1,5 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi.

PADAHAL kawasan tersebut memiliki catatan duka yang mendalam. Kala terjadi erupsi besar dengan muntahan awan panas dan lava pijar yang menyapu kawasan Kaliadem pada 14 Juni 2006. Dua orang relawan, Suharno dan Triyono, berada di sekitar bunker sebagai bagian dari tim pengamat dan penyelamat. Mereka berniat mencari perlindungan di dalam bunker ketika awan panas mulai turun dari puncak Merapi.

Namun, keputusan untuk berlindung di dalam bunker ternyata berakhir tragis. Awan panas dengan suhu sangat tinggi mencapai bunker dan membuat suhu di dalam ruangan kecil itu naik drastis. Panas yang terperangkap di dalam bunker tidak bisa keluar karena ventilasi yang terbatas dan ruang yang tertutup rapat. Ketika tim penyelamat datang keesokan harinya, kedua relawan tersebut ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Mereka meninggal karena suhu panas ekstrem dan kekurangan oksigen. Salah satu korban ditemukan berada di dekat pintu bunker, diduga mencoba keluar karena tidak kuat dengan panas yang menyiksa.

Kawasan tersebut menjadi daya tarik wisata di Bunker Kaliadem. Pertama Bunker Kaliadem adalah pemandangan langsung ke arah puncak Gunung Merapi. Jika cuaca cerah, kamu bisa menyaksikan dengan jelas struktur gunung, jalur lava, dan kepulan asap tipis dari kawahnya. Pemandangan ini menjadi daya tarik bagi fotografer alam maupun wisatawan yang sekadar ingin bersantai menikmati alam.

Kedua, Bunker Kaliadem juga terkenal sebagai salah satu lokasi terbaik untuk menyaksikan matahari terbit. Kabut tipis yang menyelimuti kawasan hutan dan hamparan lahar menjadi latar dramatis yang menawan. Sementara itu, di sore hari, langit keemasan berpadu dengan lanskap pegunungan menciptakan suasana yang sangat menenangkan.

SEWA JEEP : Kawasan Bunker Kaliadem menggunakan jeep, menarik dan menantang medannya.

Ketiga, mulai dari latar bunker yang berlumut, jeep-jeep lava tour yang terparkir, hingga pemandangan Merapi, semua menjadi latar yang cocok untuk foto. Banyak pengunjung yang datang khusus untuk mendapatkan potret yang estetik dan penuh makna.

Keempat, tempat ini juga dimanfaatkan sebagai lokasi edukasi tentang geologi, vulkanologi, dan mitigasi bencana. Banyak sekolah dan institusi pendidikan yang membawa murid atau mahasiswa untuk belajar langsung dari lokasi yang pernah mengalami letusan besar Merapi.

Meski terletak di kawasan pegunungan, fasilitas yang tersedia di sekitar Bunker Kaliadem cukup lengkap dan memadai untuk kenyamanan pengunjung:

  • Area parkir luas yang bisa menampung kendaraan pribadi dan rombongan
  • Warung dan kios makanan yang menjual kopi, mie rebus, serta makanan ringan khas lereng Merapi
  • Gazebo dan tempat duduk untuk istirahat setelah menjelajahi kawasan
  • Toilet dan musala tersedia untuk kebutuhan dasar pengunjung
  • Penyewaan jeep lava tour dengan berbagai paket wisata eksplorasi bekas erupsi
  • Papan informasi sejarah dan edukasi tentang letusan Merapi

Tiket masuk dan biaya tambahan

Harga tiket masuk ke kawasan wisata Bunker Kaliadem tergolong sangat terjangkau, menjadikannya destinasi yang ramah di kantong.

  • Tiket masuk kawasan Kaliadem: Rp10 ribu per orang
  • Parkir motor: Rp3 ribu
  • Parkir mobil: Rp5 ribu
  • Sewa jeep lava tour: Mulai dari Rp400 ribu – Rp600 ribu tergantung rute dan durasi. (rudy suhartono, tulisan bagian kedua)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *