Jakarta, KALTIM PERS – PT Teguh Sinar Abadi (TSA) dan PT Firman Ketaun Perkasa (FKP), serta PT. Fajar Sakti Prima (FSP). Ketiga perusahaan tambang batu bara ini berada di Kutai Barat (Kubar). Namun satu lagi perusahaan yakni PT Gunung Bayan Pratama Coal (GBPC) dulunya sempat berjaya tapi sudah tutup.
Keempat perusahaan tersebut adalah milik PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Kemudian ditambah sejumlah perusahaan lainnya juga masih beroperasi berada di sejumlah daerah lainnya.
Berkat kesuksesan BYAN yang membuka usaha tambang batu bara, dililis oleh media CNBC Indonesia, akan membagikan dividen tunai jumbo senilai US$400 juta atau sekitar Rp6,48 triliun kepada para pemegang sahamnya. Aksi ini merupakan bagian dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 25 Juni 2025 lalu.
Dividen (keuntungan perusahaan) per saham yang akan diterima investor ditetapkan sebesar US$0,012 atau sekitar Rp194,84. Dividen tersebut dibayarkan kepada investor hari ini, Rabu (23/7/2025).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, per 30 Juni 2025, BYAN dikendalikan oleh Low Tuck Kwong dengan kepemilikan saham secara langsung sebesar 13.385.098.270 atau 40,15%. Lalu anaknya Elaine Low menggenggam 7.333.833.700 atau 22% saham.
Dengan demikian Low Tuck Kwong pada hari ini menerima pembayaran dividen senilai Rp 2,61 triliun dari BYAN. Anaknya, Elaine Low menerima Rp 1,43 triliun atau totalnya sekitar Rp 4 triliun atau 4 ribu miliar
Sebelumnya Low Tuck Kwong dan Elaine juga telah menerima dividen interim bayan untuk tahun buku 2024. Dividen tersebut dibagikan Bayan Rp 144,9 per saham dan telah dibayarkan ke rekening pemegang saham pada 8 Januari 2025 lalu. Artinya masing-masing menerima Rp 1,94 triliun dan Rp 1,06 triliun.
Adapun saham BYAN koreksi 0,13% ke level 19.200 hari ini, Rabu (23/7/2025). Saham bergerak pada rentang 19.200–19.375 dengan kapitalisasi pasar Rp 640,1 triliun. (rud/KP)