Beloan Terjajah di Kawasan Berkah, Tangkap Ikan Tidak Cukup Beli Beras

SULIT DAN MENDERITA : Terabaikan pula. Kekayaan hasil ikan berkah diberikan Tuhan. Namun disesalkan, panen ikan terkadang tidak memberikan kehidupan karena jalan rusak. Hasil panen ikan, sepertinya sia-sia. Gorong-gorong putus warga perbaiki sendiri. Lantas mana janji kepedulian, kata-kata memperjuangkan wong cilik (rakyat kecil).

MEDIAOKE, KALTIM PERS – Berkisar 10-25 ton setiap bulan, panen ikan air tawar di Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, Kutai Barat. Sia-sia ikan dipanen tidak bisa dijual dengan harga tinggi. Tengkulak beli ikan di Muara Beloan harga sangat murah. Seperti ikan gabus/haruan, hanya dibeli Rp 10 ribu per kg. Sementara harga di Pasar Olah Bebaya Melak mencapai Rp 65 ribu per kg. Ikan biawan Rp 2-5 ribu sedangkan di Melak Rp 20-25 ribu per kg. Ikan kendia malah tidak ada harganya sama sekali.

Sebanyak 213 kepala keluarga dan 757 jiwa warga Muara Beloan, bahwa 95 persen berharap kehidupan nelayan/mencari ikan. Kondisi ekonominya benar-benar sangat terpukul. Kemiskinan dirasakan, sehingga masih ada puluhan rumah tak layak huni. Kampung penghasil ikan terbesar di Tanaa Purai Ngeriman, Kutai Barat ini seperti tidak berdaya.

KUBANGAN LUMPUR: Memang menangis ketika melintasi jalan bubur ini. Tidak ada jalur lain. Semuanya hancur lebur. Apa tidak kasihan kah ini. Sementara masih ada pihak lain lebih utamakan bangun di ibu kota kabupaten.

Tidak ada usaha lain. Luas wilayah Muara Beloan 8.430 hektare. Semuanya rawa. Selebihnya anak sungai dan danau. Bertani atau menanam padi dan tanaman pertanian lainnya tidak bisa. Karena lahan rawa sering banjir 3-5 kali dalam setahun. Bekerja di perusahaan tidak semudah dibayangkan. Apalagi di perusahaan diperlukan skill (keahlian). Meski ada peluang, tapi tidak semua warga Muara Beloan bisa bekerja di perusahaan tambang maupun sawit.

Penderitaan tak hanya di situ. Warga sakit sudah beberapa kali harus menghembuskan napas (meninggal dunia) dalam perjalanan ke rumah sakit di Sendawar, ibu kota kabupaten. Ini karena akses jalan dibuka pertama oleh Bupati pertama yakni Rama Alexander Asia, kondisinya rusak berat. Bahkan ada beberapa titik terputus. Jalan tanah itu seperti kubangan lumpur. Meski rusak warga tetap bersyukur. Tanpa Rama Alexander Asia, tidak ada akses jalan darat rute Muara Bunyut-Empakuq-Melak. Sebelumnya harus memutar arah jalur air Sungai Mahakam. Rutenya, ke Muara Pahu dulu baru balik ke  Melak. Jauh, lama waktunya dan banyak habis biaya perjalanan.

SEMPAT TERABAIKAN : Kampung Muara Beloan, sebagai penyumbang terbesar ikan air tawar dilupakan. Tapi kini mulai diperhatikan. Terima kasih kepada pihak yang peduli. Semoga Tuhan membelas kebaikannya.

Besar harapan setelah Bupati Alexander Rama Asia berganti bupati akan ada kemajuan di Muara Beloan. Hanya sekadar dijanjikan dan akan ditingkatkan jalan hingga diaspal. Nyatanya, malah dana bangun jalan ke Muara Beloan dialihkan ke kampung lain. Hanya alasan klasik. Ada pihak warga dari kampung lain yang mengklaim minta ganti rugi di akses kawasan wilayah Muara Beloan. Padahal jalan umum kok minta ganti rugi. Sementara yang klaim itu, bukan datangnya dari warga Muara Beloan tapi warga lain. Asli tersisih di negeri sendiri. Padahal kita sudah merdeka. Terus harus mengadu kemana nasib warga Muara Beloan, jika pemerintah kabupaten tutup mata.

Namun setelah 10 tahun terakhir, kembali Muara Beloan menjadi perhatian oleh Pemkab Kutai Barat. Jalan akses sepanjang 9 kilometer dibangun secara bertahap. Karena kawasan rawa sehingga menghabiskan dana besar. Sejak 2021, Bupati FX Yapan mengelontorkan dana miliaran, dengan memperpendek akses jalan menjadi 7 km lebih dari jalan lama 9 km. Dengan cara memotong atau memperpendek lintasan badan jalan dengan cara membelah danau kecil dan memotong anak sungai. Berlanjut, tahun anggaran 2022 dan 2023, peningkatan jalan agar bebas banjir. Kemudian pada 2024, Bupati FX Yapan yang sempat meninjau ke Muara Beloan dan dibuktikan memulai melakukan rigid atau beton bertulang. Kini masih dalam pengerjaan oleh kontraktor pelaksana yang ditarget sebelum akhir 2024, semenisasi jalan 2 km bisa dilintasi warga.

RAJUDIN

“Kalau diceritakan kondisi jalan ke Muara Beloan betul-betul sangat sedih sekali. Karena ada beberapa warga sakit, hingga meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit,” kata Rajudin, warga RT 4 Kampung Muara Beloan, kenangnya, sebelum 10 tahun lalu. Bahkan banyak roda dua dan roda empat warga yang harus ditinggal di kawasan Rengas, 6 km dari kampung, karena jalan rusak. Namun sudah beberapa kali kendaraan warga dirusak oleh warga lain. Bahkan ada yang dibuang ke anak sungai. Tidak hanya itu, beberapa unit roda dua juga dicuri. Penuh penderitaan. Belum lagi hasil tangkapan ikan seolah-olah tidak ada harga. Dibeli tengkulak, sangat murah. Alasan tengkulak beli ikan di Muara Beloan murah karena akses jalan rusak berat. Sehingga angkutan ikan memerlukan biaya besar hingga sampai ke pasar di Melak. Rintihan warga, hasil jual ikan, jangankan untuk beli beras. Biaya BBM ketinting untuk mencari ikan saja kadang tidak cukup.

Dengan ditingkatkannya jalan akses ke Muara Beloan oleh FX Yapan, betul-betul warga sangat terbantukan. “Kami berharap semenisasi (rigid) untuk dilanjutkan sampai ke Kampung Muara Beloan. Meski anggaran 2024 ini hanya baru 2 km tapi nanti semuanya di semenisasi,” harapnya.

HERPANDI

Hal senada dikatakan Herpandi, warga RT 1 Muara Beloan. Tidak hanya itu, termasuk ada beberapa titik badan jalan yang sudah ditimbun/ditingkatkan tapi masih rendah. Ketika banjir masih terendam air. Ini hasil pantauan banjir, awal Oktober 2024. “Kami meminta agar ditingkatkan lagi, sehingga jika banjir warga masih bisa melintasi jalan ke Muara Beloan,” harap Pandi panggilan akrab, Herpandi yang juga kini menjabat Ketua Badan Permusyawaratan Kampung (BPK) Muara Beloan.

DI JALUR PENDEK DAN DIURUK: Pekerjaan jalan akses ke Muara Beloan diperpendek dan diuruk agar bebas banjir yang dikerjakan oleh Dinas PUPR Kutai Barat atas atensi khusus Bupati FX Yapan.

Sementara itu, Kepala Kampung Muara Beloan, Rudy Suhartono membenarkan, jika warga Muara Beloan menaruh besar harapan, agar semenisasi jalan akses dituntaskan. Cuma persoalannya, FX Yapan dan Edyanto Arkan akan berakhir jabatannya hingga Desember 2024. Kemudian akan berganti bupati baru, hasil Pilkada 27 November 2024. “Ya kita harapkan saja bupati baru peduli dengan Muara Beloan untuk melanjutkan semenisasi. Ini akan menjadi perjuangan pemerintah kampung kepada Pemkab atau Gubernur Kaltim agar jalan di Muara Beloan dilanjutkan semenisasinya dan tinggikan bebas banjir,” tegas Rudy.

Hasil musyawarah di kampung, warga sangat menolak jika ada niat pemerintah malah membangun terfokus kepada ibu kota kabupaten. Apalagi proyek dengan nilai yang sangat besar. Hingga mencapai ratusan miliar. Karena di ibu kota kabupaten sudah lama menikmati jalan mulus dan fasilitas umum lainnya. Sementara di kampung-kampung, salah satunya Muara Beloan, masih sangat memerlukan bantuan pembangunan. Bahkan masih ada yang terisolir. Padahal warga di kampung juga sama bayar pajak. Tapi tidak bisa menikmati jalan mulus. “Ini harus menjadi perhatian bupati Kutai Barat ke depan,” katanya.

DI-RIGID : Warga bersyukur 2 km jalan di rigiq atau semen bertulang kini dikerjakan dan ditarget selesai sebelum akhir 2024. Meski tahun depan minta dituntaskan hingga ke kampung dan jalan bebas terendam banjir.

Ucapan syukur dan banggga kepada Bupati FX Yapan dan Wabup Edyanto Arkan, menurut Rudy, bukan sekadar sanjungan oleh warga Muara Beloan. Tapi ini fakta. Hanya mereka berdua yang benar-benar melanjutkan pembangunan jalan di kampung. Salah satunya di Muara Beloan. Tidak hanya jalan. Termasuk di era mereka berdua, membangun beberapa gedung sekolah, membuatkan kolam perikanan seluas lapangan sepakbola, bantuan peralatan perikanan seperti keramba, ketinting dan lainnya. Yang salut, Bupati FX Yapan meski bukan beragama Muslim. Tapi sudah peduli, dua tahun memberikan bantuan dana ratusan juta untuk pembangunan lanjutan masjid Khairul Ummah Muara Beloan. Beserta sapi kurban kala perayaan Iduladha. Soal masjid tadi, meski belum tuntas fisiknya 100 persen, setidaknya ada kemajuan fisik masjid yang memang memerlukan dana besar hingga masjid selesai. (adv/diskominfo/rud/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *