Yogyakarta Mendunia, Mereka “Kompak” Melakukan Ini

TERPUSAT : Perbelanjaan terpusat di Jalan Malioboro. Ada pasar sore yang menjual berbagai macam busana murah, hingga kuliner terkenal Bakpia. Di sini juga ada penyewaan sepeda listrik jika ingin mengitari kawasan Malioboro. Malam hari, kendaraan umum dilarang melintas di kawasan itu.

Berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberikan kesan tersendiri. Warganya sangat ramah dan banyaknya objek wisatanya. Fantastik, Yogyakarta menargetkan untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pajak dan pariwisata tahun 2025 sebesar Rp 1 triliun. 

PADAHAL DIY hanya memiliki luas wilayah 3.185,8 km persegi. Atau 6,45 kali luas Kabupaten Kutai Barat yang mencapai 20.546 km persegi. Kutai Barat ada 190 kampung dan 4 kelurahan serta 16 kecamatan. Sedangkan DIY hanya 135 desa dan empat kabupaten/kota. Yakni 44 desa di Bantul, 41 desa di Gunungkidul, 25 desa/kelurahan di Kota Yogyakarta, dan 24 desa di Kulonprogo. 

Meski diakui, DIY terkenal memiliki budaya Jawa yang kaya. Kemudian, warisan sejarah seperti Keraton Yogyakarta dan Candi Prambanan/Borobudur. DIY juga berjulukan, “Kota Pelajar” karena banyaknya institusi pendidikan. Yogyakarta resmi menyandang predikat Kota Batik Dunia sejak 18 Oktober 2014, ditetapkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC). Bahkan, kawasan wisatanya yang ikonik (diidolakan) seperti Jalan Malioboro dan Tugu Yogyakarta.

Namun mereka tidak terlena. Pemerintah Yogyakarta bersama pemerintah kab/kota dan pemerintah desa justru kompak. Lantas inilah dilakukannya dengan mengembangkan destinasi wisata baru. Kawasan tebing, pesawahan dan tempat yang dianggap tidak bermanfaat, justru disulap mejadi destinasi wisata baru. Ternyata sukses dan menguntungkan. Selain jadi pendapatan desa juga menumbuhkan ekonomi warganya yang membuka bisnis kuliner di sekitar destinasi wisata. Bahkan peluang usaha oleh para warga yang membuka bergabung jasa angkutan taksi online.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta, kunjungan wisata mancanegara sebanyak 35,94 persen. Datang menggunakan angkutan udara domestik pada Mei 2025 sebanyak 138.661 orang. Jumlah penumpang kereta api 1.056.955 orang.

Banyaknya pengunjung, memberikan dampak kepada jumlah armada angkutan. Yang unik dan serasa di tempo dulu. Tersedia transportasi becak bermesin sepeda motor yang dikenal bentor. Sedikitnya 600 unit bentor melayani angkutan wisatawan keliling kawasan Malioboro atau objek wisata terdekat lainnya. Pemerintah Yogyakarta berencana mengganti mesin sepeda motor pada bentor ke becak listrik ditarget 2025 dan 2026. Ini dilakukan upaya menekan volusi udara. Tarifnya antara Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Tergantung jarak tempuhnya. Daya muat 2 orang sekali jalan. “Nanti kalau mau jalan-jalan saya siap melayaninya. Bapak tinggal simpan nomor ponsel saya,” kata Agus Hefni, pemilik taksi online. Rata-rata driver taksi online banyak yang ramah. Kemudian menawarkan jasa angkutan kemana saja jika diperlukan. Berbeda ketika kita berada di Surabaya atau Jakarta. Habis menggunakan jasa taksi online, kebanyakan para driver cuek.

SERASA DULU : Keliling Jalan Malioboro Yogyakarta sekitar 2,5 kmmenggunakan andong jadi daya tarik dan memiliki kesan tersendiri.

Tak hanya bentor. Di Yogyakarta juga disiapkan 387 andong aktif di Malioboro. Andong adalah roda empat ditarik seekor kuda. Keliling kawasan Malioboro ke arah selatan menuju Titik Nol Kilometer untuk mencapai kompleks Keraton Yogyakarta. Kemudian melintas depan Istana Kepresidenan Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai Gedung Agung. Rute tadi dipatok tarif Rp 250-270 ribu per andong daya muat 4 sampai 6 orang penumpang. Kemudian tersedia pula taksi online dan plat hitam, tercatat ada seribu lebih. Ini digunakan menuju destinasi wisata yang terjauh.

BENTOR : Becak motor mulai menerapkan menggunakan listrik mengitari kawasan Jalan Maliboro sambil menghirup udara segar dan banyak pengunjung tumpah ruah di kawasan mendunia tersebut.

Di kawasan Jalan Malioboro, salah satu pusat ekonomi. Wisatawan bisa membeli berbagai barang oleh-oleh dari berbagai jenis busana, bakpia, jasa pijat, kuliner. Bahkan tersedia penyewaan busana adat jawa. “Saya kemarin sewa busana Jawa Rp 25 ribu digunakan untuk berfoto ria di kawasan Jalan Malioboro,” Solita, saat berkunjung ke kawasan Malioboro. Untuk jasa fotografer yang tersedia, satu foto yang dipilih dari ratusan jepret hanya Rp 5 ribu. “Ya kita tinggal maunya foto yang mana dianggap paling baik,” terangnya.

JADI SALAH SATU TEMPAT WISATA: Kompleks Keraton Yogyakarta tidak saja patut dikunjungi. Namun di sini tersaji berbagai kuliner khas lokal.

WISATAWAN

Data yang Tersedia (Per Mei 2025) 

  • Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman): Meningkat 35,94 persen dari 7.135 menjadi 9.699 pada Mei 2025.
  • Kunjungan Wisatawan Nusantara: Menurun 7,11 persen dari 3.818.919 menjadi 3.547.415 perjalanan pada Mei 2025.

Data yang Tersedia (Sleman, Semester 1 2025) 

  • Total Wisatawan: 4.294.897 wisatawan.
  • Dominasi: Wisatawan domestik mendominasi hingga 97,56 persen.
  • Asal Wisatawan: Sebagian besar wisatawan domestik berasal dari Pulau Jawa, dengan Jawa Timur menjadi provinsi penyumbang terbesar. Tren dan Prediksi. Tahun 2025 ini ditargetkan sebanyak 7,5 juta wisatawan di Sleman. Destinasi favorit di Sleman antara lain Ibarbo Park, Candi Prambanan, dan kawasan Kaliurang. 

Pendapatan dari sektor pariwisata Yogyakarta tahun 2025 bervariasi di tiap kabupaten, dengan Sleman mencatat Rp190,5 miliar pada semester I, Gunungkidul baru mencapai Rp13,8 miliar, sementara Bantul menargetkan Rp49 miliar namun hingga Juni baru Rp14 miliar, dan Kota Yogyakarta menargetkan Rp1 triliun untuk PAD dari pajak dan pariwisata. 

BUKTI SEJARAH: Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dikenal sebagai Gedung Agung, dekat pusat kota Yogyakarta. Pernah menjadi kantor dan kediaman Presiden Soekarno, saat Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia. Hingga kini masih menjadi salah satu istana kepresidenan yang digunakan untuk acara kenegaraan dan menerima tamu negara.

Berikut adalah rincian pendapatan pariwisata di beberapa wilayah Yogyakarta untuk tahun 2025:

  1. Kabupaten Sleman: Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata hingga Semester I 2025 mencapai Rp190,5 miliar. umlah wisatawan selama periode tersebut mencapai 4.294.587 orang. 
  2. Kabupaten Gunungkidul: Realisasi PAD retribusi wisata hingga 2 Juli 2025 baru mencapai sekitar Rp13,8 miliar, dari target Rp32 miliar. 
  3. Kabupaten Bantul: Target PAD sektor pariwisata tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp49 miliar. Hingga Juni 2025, baru terkumpul Rp14 miliar dari target tersebut. 
  4. Kota Yogyakarta: DPRD menargetkan PAD dari sektor pajak dan pariwisata pada tahun 2025 sebesar Rp1 triliun. (rud/KP/habis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *