Muara Muntai Hanya 2 Jam, Ini Jalurnya

POROS TENGAH : Akses jalan Muara Muntai, Kukar ke Kubar jauh lebih dekat jalur darat. Meski hanya bisa menggunakan roda dua. Kedepan pemerintah harus membangun untuk meningkatkan taraf ekonomi warga di sepanjang pesisir Sungai Mahakam.

PENYINGGAHAN, KALTIM PERS- Kemarau memberikan kemudahan akses jalur darat. Hal ini dirasakan warga Kecamatan Muara Muntai, Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kutai Barat (Kubar). Akses ini hanya roda dua menempuh waktu sekitar 2 jam dari Muara Muntai ke Kecamatan Muara Pahu, Kubar.

Biayanya pun sangat murah, hanya sekitar 4 liter Bahan Bakar Minyak (BBM) pertalite. Jauh lebih lama dan mahal jika menggunakan ketinting. Karena menyusuri alur Sungai Mahakam menghabiskan pertalife 10 liter hingga 20 liter, waktu perjalanan sekitar 5-7 jam.

”Kalau roda empat tidak bisa. Karena ada jembatan kecil di Kampung Bakung, Kecamatan Penyinggahan. Selain itu, feri penyeberangan di Kampung Minta juga kecil hanya khusus roda dua saja biayanya Rp 5 ribu per unit kendaraa roda dua,” tutur Eni Wahyuni warga Desa Rebaq Rinding, Kecamatan Muara Muntai, Kukar kepada Kaltim Pers, Minggu (19/10/2025).

Endek alias Eni panggilan sehari-hari Eni Wahyuni ini adalah warga Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, namun telah berpindah menjadi warga Kampung Rebaq Rinding, sejak beberapa tahun lalu. Dia berpindah ke Kukar mengikuti pekerjaan suaminya, yang juga warga asli Muara Muntai.

Endek menggunakan satu unit sepeda motor bersama dua putrinya bertolak dari kediamannya di Desa Rebaq Rinding sekira pukul  08.00 wita. Kemudian dalam perjalanan tiba di Muara Pahu sekitar pukul 10.00 wita. Sepeda motornya dititipkan keluarganya di Muara Pahu. Selanjutnya melanjutkan perjalanan ketinting dijemput pihak keluarga ke kampung halamannya di Kampung Muara Beloan. ”Ini baru pertama kali saya menyusui jalan darat, selama ini jika pulang kampung menggunakan ketinting bersama suami,” ungkapnya.

Dalam perjalanan, tidak ada rasa takut. Apalagi ada begal. Karena ramai pengendara warga lainnya yang melintasi ruas jalan Muara Muntai ke Kubar. ”Namun sempat hujan di jalan. Untung saja hujannya kecil jadi masih bisa melintasi jalan tanah,” terangnya. Tidak saja warga, dia pun banyak menempukan pedagang sayur dan lainnya menggunakan gerobak sepeda motor. Bahkan pernah dia menemukan pengendara roda dua. Pengendara itu mengaku warga Melak tujuan Samarinda. Alasannya jauh lebih dekat ketimbang melintasi jalan trans Kalimantan. Setiba di Muara Muntai menumpang feri penyeberangan ke jalan trans Kalimantan (Kubar-Samarinda).

Camat Muara Pahu Mauliddin Said membenarkan, jika jarak tempuh dari Muara Pahu ke Muara Muntai lebih dekat dibanding jalur Sungai Mahakam. Terkait kondisi jalan semenisasi Muara Pahu ke Penyinggahan kerap dilakukan gotong royong membersihkan semak belukar. Karena ada beberapa ruas yang menutup badan jalan, sehingga membuat jarak pandang terbatas. Tapi pemerintah kampung bersama masyarakat telah aktif melakukan gotong royong kebersihan semak belukar. Di antaranya, Kampung Loa Deras, Sebelang dan lainnya.

BANGUN JALAN BELOAN-GUNUNG BAYAN

Sementara itu, mantan Bupati Kubar Ismail Thomas telah simpati terhadap perlunya pembangunan jalan poros tengah. Terutama akses jalan dari dari Sendawar sudah terkoneksi ke Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu. “Kalau dibangun jalan dari Muara Beloan ke Muara Pahu, agar lebih dekat. Jadi warga Penyinggahan dan Muara Pahu jika ingin ke Sendawar tidak memutar lagi ke jalan trans Kalimantan di Kampung Muara Tae,” kata Ismail Thomas saat berbincang dengan Petinggi Muara Beloan, Rudy Suhartono, belum lama ini. Diapun sependapat jika pemerintah agar mengalokasikan anggaran pembangunan jalan darat melintasi Kampung Muara Beloan ke Kampung Tanjung Laong, Kecamatan Muara Pahu tersebut bisa segera terwujud.

Petinggi Muara Beloan Rudy Suhartono mengatakan, terkait pembangunan jalan akses poros tengah di Kampung Muara Beloan telah dilakukan survei oleh pihak Pemerintah Kampung Muara Beloan. Terdekat adalah dari Muara Beloan terakses ke jalan Muara Pahu ke trans Kalimantan di Manau, Kampung Gunung Bayan, Kecamatan Muara Pahu. “Kalau ditarik garis sekitar 5 kilometer dari Muara Beloan ke Gunung Bayan,” kata Rudy.

Agar tidak membebani anggaran pemerintah, Ismail Thomas mengatakan, akses jalan ini melanggar Sungai Beloan dan Sungai Kedang Pahu. Untuk mengoneksikannya jangka pendek perlu ada feri penyeberangan. “Ya betul pak. Kami siap mengadakan feri penyeberangan,” sambut Rudy. Untuk Sungai Beloan akan disiapkan feri penyeberangan yang akan dikelola Badan Usaha Milik Kampung (BUMKA) Muara Beloan. Sedangkan di Sungai Kedang Pahu, anak Sungai Mahakam bisa dikelola Kampung Gunung Bayan. (rud/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *