Alfonsus Demo Ukir Asal Tering di Jakarta, Ternyata Ini Asal Keahliannya

JAGA EKSISTENSI : Kabid Industri Disdagkop UKM Kubar Manise Yohana (kanan) didampingi Merry Elvinasari, Pembina Industri bersama Alfonsus (tengah), demo mengukir di booth Disdagkop UKM Kubar. Ini dalam kegiatan pameran Inacraft 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (05/02/2025).

Jakarta, KALTIM PERS – Mengukir adalah pilihan hidup bagi Alfonsus Orozco Legang Juan. Di samping dapat memperoleh penghasilan, pekerjaan mengukir sekaligus cara menghargai warisan budaya leluhur dan ikut melestarikannya.

Hal inilah Alfonsus (23) salah satu pengukir asal kampung Tering Baru, Kecamatan Tering, Kutai Barat (Kubar). Dia merupakan generasi muda yang patut dicontoh dan berjuang menjaga eksistensi seni ukir khas Kubar.

Agar eksistensi tetap terjaga, kakeknya bernama Blasius Huvat Imang (80) mengajari cucunya ini untuk belajar seni ukir, supaya regenerasi dalam keluarga terus berlanjut. Karena kakeknya juga seorang pengukir.

Alfonsus merupakan anak pertama dari pasangan Benekdiktus Juan Huvat (50) dan Yoseva Lenau Djuan (49). Alfonsus memiliki dua adik bernama Christian Joseph Levai (14) dan Maria Melanie Lirang (14).

Alfonsus mengenal seni ukir ini sejak kecil. Pertama memulai seni ukir, dia masih SD kelas 5 pada 2002 silam dan masih berumur 11 tahun. Itu pun, masih menggambar motif seni ukir di kertas. Pada 2005 silam, di kelas 2 SMP baru lah dia mengukir pada alat musik sampek, sarung dan gagang mandau.

Berbekal pengalaman mengukir sekitar 23 tahun, Alfonsus ini terus berkreasi dalam seni ukir. Untuk melahirkan sebuah karya seni, terpenting itu adalah keteletian, ketekunan, kesabaran dan keuletan.

Dia bisa mengukir dan membuat alat musik sampek, waktu penyeselesaian sekitar dua minggu, dengan harga jual Rp 800 ribu sampai Rp 3 juta. Sedangkan mandau satu set (mata pisau, sarung, gagang mandau) sekitar 1 bulan dengan harga jual Rp 800 ribu sampai Rp 5 juta.

Dengan mengukir ini, Alfonsus bisa mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 3 juta per bulan yang digunakan sebagai tambahan modal usaha dan biaya kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kenyataan ini, patut bangga karena Alfonsus merupakan regenerasi dan ikut melestarikan keberadaan pengukir di Kampung Tering Baru, terutama di Kubar ke depannya.

Dengan mengukir ini, akan membantunya di masa hidupnya mendatang. “Jangan pernah malu melakukan hal positif ini, karena ini merupakan identitas dari daerah kita sendiri.  Semoga hal ini berlaku kepada generasi penerus atau perajin-perajin lainnya yang ada di wilayah Kubar,”terangnya. (yan/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *