Munculnya prilaku Asusila berupa pencabulan hingga pemerkosaan kepada anak ada beberapa penyebab. Mirisnya, para pelaku terbanyak justru orang terdekat. Seperti orangtua sambung bahkan orangtua sendiri, saudara, keluarga hingga teman dekat. Lantas seperti apa penyebabnya dan bagaimana menghindarinya ?
Catatan : Rudy Suhartono
DIKUMPULKAN berbagai sumber, bahwa perbuatan asusila itu meliputi pencabulan hingga pemerkosaan. Perbedaan mendasar antara perkosaan dan pencabulan, yakni bahwa perkosaan merupakan suatu tindakan “persetubuhan”. Sedangkan pencabulan merupakan suatu “perbuatan cabul” yang bukan merupakan persetubuhan.
Menurut Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak dari Jawa Timur, Riza Wahyuni menyebut ada beberapa penyebab teganya melakukan pelecehan seksual.
Pertama, pelaku memiliki pengetahuan yang sangat rendah. Mereka tidak memahami dan menganggap perilaku pelecehan seksual merupakan hal yang biasa.
“Kedua, kaitan dengan psikologi terkait fantasi seksual. Fantasi seksual mereka yang dipengaruhi tontonan, media sosial (medsos) dapat memengaruhi bagaimana berpikir tentang seksual. Ketiga, pengalihan kejenuhan mereka atau perilaku ingin tahu. Kemudian mereka tampilkan kepada korban,” urai Riza yang dilansir detikJatim.
Keempat, yaitu karakter kepribadian ketika diperiksa lengkap. Beberapa pelaku ada tendensi pedofilnya, tendensi itu bisa terungkap dari hasil pemeriksaan psikologi.Pedofil sebutan untuk orang yang memiliki ketertarikan atau nafsu seksual terhadap anak-anak atau remaja di bawah usia 13 tahun. Sebagian besar pedofil adalah pria, tetapi wanita juga bisa mengalami gangguan seksual ini.
Menurutnya, tendensi ini gejala dan tidak diselesaikan atau tersampaikan hasratnya. Kemudian ditambah dengan tontonan di medsos dan informasi lainnya yang menjadi trigger melakukan pengalihan fantasi seksual.
Riza menjelaskan bahwa korban rata-rata tidak berdaya, tidak memahami dan tidak mengetahui yang terjadi pada mereka adalah sebuah kejahatan. Ketakutan, kekhawatiran dan tidak berdaya itu kondisi psikologi korban.

JUSTRU LEBIH DIWASPADAI, PELAKU ASUSILA ORANG DEKAT
Sementara menurut Christin, dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang. Bahwa fakor penyebab pemerkosaan terjadi semua manusia adalah makhluk seksual. “Tak peduli kecil, muda, tua atau bahkan lanjut usia (lansia),” ujar Christin dilansir Kompas.com, Kamis (24/3/2022). Nah sebagai makhluk seksual, tentunya kebutuhan seksual ini harus terpenuhi dengan takaran yang pas.
Ketika tak terpenuhi, maka seseorang bisa “meledak”, bisa menjadi rakus dan menyasar siapa saja. Kerakusan ini sendiri didasari oleh banyak faktor. Mulai dari faktor ekonomi, faktor kerapuhan kepribadian, atau faktor kerapuhan kontrol diri. “Ketika tak ada kontrol diri, atau seseorang memiliki kepribadian yang rapuh, maka ia bisa lepas kendali, menjadi rakus, bahasa Jawanya ngggragas, karena seks seperti rasa lapar juga haus,” ujar Christin.
Seperti misalnya, seorang ayah punya dorongan seksual, tapi karena beberapa faktor si istri tak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, maka si ayah ini bisa lepas kendali jika tak punya kontrol diri yang benar. Kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, juga disumbang oleh minimnya seks edukasi yang dimiliki anak.
“Seks edukasi sangat penting. Jadi anak harus tahu, bahwa meski itu orang terdekat sekalipun (ayah atau kakak kandung), jika mereka menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam. Maka hal itu tidak diperbolehkan,” paparnya.
CEGAH ANAK DARI KORBAN ASUSILA
Benteng pertama, haruslah dibuat oleh orang tua, khususnya ibu. Ibu haruslah memberi seks edukasi kepada anak sedari dini. Ajarkan kepada anak, bahwa siapapun itu (selain ibu), jika mereka akan menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam, maka anak harus menolak dengan tegas.
Penuhi pula kebutuhan dasar anak, mulai dari kebutuhan pokok, juga fasilitas bermain dan belajar. “Pemenuhan kebutuhan ini akan membentengi anak agar tak mudah tergiur ketika diiming-imingi sesuatu,” kata Christin.
Jika kondisi ekonomi memungkinkan, sebaiknya biasakan anak tidur di kamar sendiri sedari kecil. Dengan demikian, si anak tak akan melihat hal-hal yang sebaiknya tak dilihat, seperti kemesraan intim kedua orang tuanya. Kemudian sampaikan ke anak, bahwa anak bisa mengadu apapun ke ibu.
“Tekankan pemahaman kepada anak, bahwa jika ada orang lain mengajak merahasiakan sesuatu ke ibu dan ayah, maka orang itu pasti bermaksud jelek. Dan anak harus bercerita ke ibu dengan segera.

BUSANA BEBAS DAN PORNO, MUNCULKAN HASRAT SEKS BEBAS
Menghindari pelecehan seksual adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan anak sejak dini tentang mengenali organ reproduksi. Kemudian, tidak boleh disentuh organ tubuh dari anak terutama pada bagian bibir, mulut, dada, pantat, paha dan kelamin, dibekali ilmu agama yang baik oleh orang tua. Terpenting lagi, anak-anak perempuan khususnya dihindarkan atau tidak diperkenankan menggunakan busana yang ketat memperlihatkan bentuk tubuh, terbuka atau membuka aurat. Kemudian kerap menyaksikan gambar atau film porno. Hal ini ditegaskan Sundari Mulyaningsih, S.Si.T., M. Kes selaku Kaprodi D3 Kebidanan Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Jawa Timur.
Hubungan seksual yang dilakukan oleh remaja di luar pernikahan sangat membahayakan remaja. Dampaknya dapat menjadikan remaja depresi, hamil diluar nikah dan tertular penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Remaja sejak dini harus lebih dini mencegah perilaku seks bebas, yaitu dengan memperbanyak pengetahuan tentang dampak seks bebas, memperkuat iman dan memilih teman yang baik dalam berteman
Masa remaja merupakan masa di mana mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa ini remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar dalam segala hal. Tidak mengherankan apabila remaja sering mengambil keputusan yang berisiko hanya untuk merasakan hal-hal yang belum mereka ketahui, termasuk seks bebas.
Di era globalisasi, remaja harus terselamatkan dari dampak negatif globalisasi. Perilaku seks bebas adalah salah satu bentuk dampak era globalisasi dan merupakan perilaku menyimpang. Istilah ‘bebas’ yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Perilaku seks bebas pada remaja ini menjadi masalah di masyarakat maupun di bangsa kita. Belum lama ini juga marak pelecehan seksual pada anak remaja yang sangan membuat resah orang tua dan masyarakat.(*)
