Pemkab Naikkan ADK sejak 2016, Beloan Banyak yang Dibangun

mediaoke, KALTIM PERS – Sejumlah pembangunan di tingkat Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, Kutai Barat terus bertambah. Disebabkan, bertambahnya bersumber dari Alokasi Dana Kampung (ADK) bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kutai Barat. Jika sebelumnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) di pemerintah kampung sangat kecil. Jangankan untuk membangun di kampung, biaya operasional penyelenggaraan pemerintah kampung sangat terbatas.

Semenjak pemerintahan Bupati FX Yapan dan Wabup Edyanto Arkan sejak tahun 2016, APBKam hampir semua kampung di Kutai Barat dinaikkan. Angkanya, mencapai angka miliaran rupiah. Kisaran 1-5 miliar per kampung setiap tahun. Besarannya disesuaikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan status kampung sangat tertinggal dan hal lainnya. ADK bersumber dari APBD Kutai Barat yang cukup besar. Didukung dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sisanya bantuan keuangan APBD Kaltim.

“Dulu gaji aparatur pemerintah kampung sangat kecil dan tidak layak,” kata Rusli, tokoh masyarakat Muara Beloan. Apalagi untuk membangun sarana dan prasarana di kampung hanya berhadap bantuan dari Pemkab Kutai Barat, dan Pemerintah Provinsi. Makanya, saat itu pembangunan di kampung sangat lambat. Hal senada dikatakan Hermadi, Kepala Adat Muara Beloan.

Hermadi (kiri) dan Rusli

Kepala Kampung Muara Beloan Rudy Suhartono mengatakan, dengan besarnya APBKam setiap tahun sehingga pembangunan yang menjadi porsi pemerintah kampung terus dilakukan. Meski demikian, pemerintah kampung juga tetap mengusulkan sejumlah fasilitas yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. “Kita berharap sinergi untuk membangun fasilitas umum di kampung,” kata Rudy.

Adapun capaian dari penggunaan pembangunan bersumber dari APBKam, telah digunakan untuk Pembangunan sarana dan prasarana dasar di kampung. Seperti kawasan atau pusat bisnis atau ekonomi berupa Alun-alun Etam di RT 2. Di sini satu paket dengan pembangunan tempat hiburan berupa panggung utama, ruko, dan monumen wisata. Di samping itu, ada juga pembangunan jembatan Pelangi Merah Putih membentang ke anak Sungai Beloan sepanjang 80 meter dan lebar hampir 4 meter. Selain untuk akses warga di RT 4. Di samping itu menjadi salah satu objek wisata andalan Muara Beloan. “Alun-alun Etam sebagai pusat ekonomi, pentas seni dan budaya, pertemuan umum, pengobatan gratis, senam bersama dan lainnya,” kata Rudy.

Kemudian, koneksi pembangunan sarana air bersih melalui kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PANSIMAS), lanjut dia, emerintah kampung melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMKA) mengelola air bersih kepada warga. Di samping itu, membuat 4 unit depo air isi ulang di masing-masing RT. Selama ini warga membeli air isi ulang ke Muara Pahu dan Melak. “Selain sangat jauh dan harganya mahal. Rp 8-10 ribu per galon. Kini hanya 5 ribu per galon dan sudah diantar ke rumah,” terangnya.

Sesuai arat Pemerintah Pusat, dana desa juga untuk pengembangan usaha BUMKA dan koneksi dengan wisata. Dilakukan pengadaan perahu wisata menyusuri alur sungai. Agar terpadu dengan wisata, dikembangkan kegiatan PKK dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Melakukan hilirisasi hasil tangkapan ikan, seleras bahwa Muara Beloan, kampung penghasil ikan air tawar terbesar di Kutai Barat. Dibuat dan dikemas berbahan ikan berupa kerupuk ikan, abon ikan, albumin ikan gabus/haruan, garam peda, ikan asin, salai/asap, sambal jeroan ikan gabus, sambal telur ikan kendia, dan biawan. Kemudian, madu hutan Beloan, dan lainnya. (adv/diskominfo/rud/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *