4 Kampung Tertinggal Se-Kaltim Karena Terisolir, Padahal Dekat IKN

KUBANGAN LUMPUR : Akses jalan ke Kampung Deraya rusak berat. Apalagi musim hujan sudah tidak bisa dilintasi kendaraan. (foto ist)

mediaoke, KALTIM PERS – Badan jalan sekitar 35 km menghubungkan Kampung Pereng Taliq, Lemper, Deraya, Tanjung Soke dan  Gerungung, Kecamatan Bongan, Kutai Barat masih belum baik-baik saja. Apalagi jika hujan, jalan tanah itu sulit dilintasi bahkan putus total. Bahkan signal telepon seluler juga sulit. Jika dilihat dari jaraknya sangat dekat dengan lokasi ibu kota negara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim.

Kepala Kampung Deraya, Syahrani yang menjabat sejak 2021 harus terus berjuang agar jalan askes segera dibangun mulus.

Padahal, akses jalan itu selain untuk mendapatkan pelayanan kepada pemerintah kecamatan ke Kampung Jambuk Makmur, ibu kota Kecamatan Bongan. Yang paling penting lagi, distribusi kebutuhan pokok dan lainnya ang dibeli di Kampung Jambuk Makmur dan kampung yang berada di jalan poros/trans Kalimantan (Kubar-Samarinda).

Namun semenjak musim kemarau, Oktober sampai pertengahan November 2024, jalan tanah masih bisa dilintasi kendaraan. Hanya saja, jika hujan mobilisasi terhenti mendadak. Kalaupun memaksakan melintasi wajib menggunakan roda empat double. Itupun harus berjibaku melintasi medan berat kubangan lumpur belasan meter. Akses jalan itu ada jembatan menyeberangi anak Sungai Bongan. Sekitar lebar Sungai Bongan 12 meter antara Kampung Pereng Taliq-Lemper. Kondisinya baik saja.

Yang memprihatinkan, karena terisolirnya Kampung Lemper, Deraya, Tanjung Soke dan Gerunggung menjadi status desa atau kampung tertinggal. Tidak saja kampung tertinggal se-Kutai Barat, melainkan se-Kaltim.

RUSAK BERAT : Jika hujan warga harus bermandikan lumpur di jalan yang rusak berat. Sehingga 4 kampung yang terisolir berstatus kampung tertinggal se-Kaltim.

Kepala Kampung Deraya, Syahrani menyebutkan, dari panjang jalan sekitar 35 km tersebut telah dibangun Pemkab Kutai Barat berupa rigiq (semen bertulang) sepanjang 15 km dan lebar sekitar 6 meter. Ini akses jalan dari jalan trans Kalimantan ke Kampung Pereng Taliq. Selanjutnya dari Pereng Taliq-Lemper-Deraya dan Gerunggung masih jalan tanah. “Kami berharap agar jalan ke Kampung Deraya juga dilanjutkan di-rigiq. Harapan yang sama kepada kampung-kampung sekitarnya,” kata Syahrani, kepada Kaltim Pers.

Kampung Deraya berpenduduk 50 kepala keluarga dan 100 jiwa ini, kenang dia, sebelum jalan ini membaik menggunakan jalur sungai. Dari Kampung Deraya menggunakan ketinting ke Jembatan Lungkur di jalan Trans Kalimantan. Kemudian melanjutkan perjalanan darat ibu kota Kecamatan Bongan. Waktunya lebih lama arah kembali sekitar 10 jam atau satu harian dan menghabiskan bahan bakar mesin ketinting antara 30-40 liter. Karena harus melawan arus deras. “Lebih cepat turun atau dari Kampung Deraya hanya 2 jam menggunakan perahu ketinting,” sebutnya.

Upaya yang sudah dilakukan kepada pemerintah, lanjut dia, pihaknya sudah menyampaikan kepada pemerintah Kecamatan Bongan agar akses jalan di empat kampung tersebut segera dibangun.

SAMA PARAHNYA : Jalan dari Kampung Deraya ke Tanjung Soke juga sama parah rusaknya.

Upaya lain, telah menemui Komisi 3 DPRD Kaltim pada tahun 2023. Selanjutnya,  awal 2024 juga keempat kampung bersama-sama menemui Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Kaltim di Samarinda. Tujuannya juga sama mengusulkan pembangunan jalan. DPRD dan DPUPR Kaltim menjanjikan akan segera diperhatikan pembangunan jalan keempat kampung tersebut. “Semoga saja ini tidak janji tapi kenyataan 2025 jalan empat kampung di-rigiq,” harapnya. (adv/diskominfo/rud/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *