Waspada ! Banyak Lintah di Melak, Ini Rugi dan Untungnya

GELI : Lintah yang senang mengisap darah manusia.

Lintah latinnya hirudo atau hirudinis, mulai berkembangbiak di kawasan rawa di Kutai Barat. Bukan tidak mungkin, lintah ini bisa mengancam kesehatan warga. Khususnya yang beraktivitas di kawasan perairan. Meski diakui, lintah juga berkhasiat digunakan untuk pengobatan alternatif.  Tulisan yang dikumpulkan berbagai sumber. Bukan bermaksud menakut-nakuti, melainkan sekadar memberikan informasi yang bermanfaat. Jika memiliki waktu sengang, agar bisa dibaca tuntas, supaya tidak gagal paham.

Catatan : Rudy Suhartono

Lima tahun terakhir, warga Kelurahan Melak Ilir, Kecamatan Melak, Kutai Barat dibingungkan banyaknya lintah. Sebagian warga mengaku resah. Karena bisa menyerang warga yang mandi ketika banjir tahunan. Namun ada pula mengaku pernah digigit lintah, justru sejumlah penyakitnya hilang.

Banyaknya lintah di rawa ini menurut keterangan warga, berasal ada pengobatan alternatif yang menggunakan lintah. Lantas lintah itu dibuang ke bawah rumah panggung. Saat itulah lintah berkembang biak hingga sekarang. “Kalau saat banjir banyak lintah di area air yang tenang. Seperti di rawa-rawa,” kata Amirudin warga Kelurahan Melak Ilir. Hal senada dibenarkan warga Melak Ilir lainnya. Memang selama ini belum ada warga yang harus dibawa ke rumah sakit ketika tergigit lintah. Hanya ada beberapa warga yang tergigit lintah mengisap darah lantas dilepas lalu dibunuh.

“Memang saat banjir banyak anak-anak mandi. Saat itulah lintah mengigit anak-anak tadi. Tapi setelah diketahui ada lintah, lalu melepaskan gigitan lintah tersebut di anggota badannya,” kata warga.

Namun ada pengakuan yang menarik. Seorang remaja yang tengah mengalami sakit asam urat pada kakinya. Tanpa disengaja, saat melintasi air banjir, kakinya digigit lintah hingga di badan lintah merah kehitaman mengisap darah kakinya. “Waktu itu saya bingung ingin melepasnya. Karena sangat geli melihatnya,” kata remaja, mantan Nahkoda Taksi Kapal Melak-Samarinda tersebut. Dengan percaya diri mau tidak mau harus melepas lintah yang melekat di bagian kakinya. Selang beberapa jam, ternyata bekas gigitan lintah itu membuat sakit asam urat di kakinya sembuh. Meski berkeinginan lagi digigit lintah, namun dia mengaku sangat geli. Sejumlah warga mengaku, jika ingin membunuh Lintah cukup dengan garam. Maka Lintah itu mati.

LINTAH DI KANGKUNG : Warga yang memasak kangkung dipetik di kawasan rawa harus lebih teliti. Khususnya batang kangkung harus dibelah dua. Karena Lintah kerap berdiam di dalam batang kangkung. Termasuk ada juga telur Lintah yang nantinya bisa berkembang biak.

KHASIAT MAKAN KANGKUNG

Lantas bagaimana ketika lintah ini masuk di dalam tanaman kangkung. Kemudian kangkung itu dikonsumsi warga, meski melalui cara memasaknya.

Sementara mengonumsi kankung memiliki banyak khasiat bagi kesehatan manusia. Berdasarkan tips kesehatan, bahwa mengonsumsi kangkung bisa mengurangi kolesterol, mengobati penyakit kuning dan penyakit hati. Kemudian, mengatasi anemia, obat untuk gangguan pencernaan atau sembelit, sebagai anti diabetes. Berikutnya, perlindungan untuk penyakit jantung, sebagai pencegah kanker, dan bermanfaat untuk kesehatan mata.

Laman GridHEALTH.id, bahwa kangkung adalah makanan sejuta umat yang murah meriah tidak bisa diolah menjadi masakan secara serampangan. Pasalnya alih-alih membuat sehat, kangkung justru bisa membuat kita sakit. Sebabnya kita bisa saja menelan lintah atau telur lintah yang ada di batang kangkung.

Mungkin karena itu, dibeberapa negara kangkung dilarang disantap, karena rentan menjadi pengantar serangga dan bakteri ke mulut. Sebenarnya kangkung tak mengapa dikonsumsi, selama cara mengolahnya benar. Sama dengan bahan makanan lainnya. Jika diolah dengan cara tidak tepat, justru akan menimbulkan masalah. Misal bakteri salmonella pada telur.

Demikian juga halnya pada kangkung, yang memang bisa saja ada lintah di dalam batangnya. Mengingat habitat tumbuhnya kangkung ditempat yang disukai lintah. Kangkung kerap dijadikan tempat bersemayam lintah.

Adapun cara mengolah kangKung yang benar, diolah sampai benar-benar matang. Tapi sebelum itu, kangkung harus dicuci. Nah, cara membersihkan inilah kunci kangKung bisa diolah menjadi makanan bergizi yang aman. Cara membersihkan kangkung dari lintah. Pertama, petik daun kangkung dari batangnya satu per satu. Memang sedikit lama, tetapi cara ini bisa membantu kita untuk mengamati kotoran yang menempel. Kedua, belah batang kangkung menjadi dua bagian. Dengan begitu, kita akan lebih mudah untuk melihat apakah ada serangga seperti cacing, ulat, atau lintah yang bersarang di batangnya.

Ketiga, cuci kangkung dalam air yang mengalir. Mencuci sayuran seperti kangkung memang lebih baik jika menggunakan air mengalir. Dengan begitu kotoran tidak akan tersangkut lagi ke kangkung yang sudah bersih. Keempat, setelah itu daun dan batang kangkung dipisahkan. Lebih dulu memasak batang kangkung. Setelah terlihat agak masak betul, baru dimasukkan daung kangkung. Hingga keduanya daun dan batang kankung harus sampai masak betul-betul.

BERKHASIAT : Karena memiliki khasiat yang sangat baik, sedot darah menggunakan lintah sudah bukan lagi rahasia umum. Bahkan warga rela bayar demi untuk kesehatan. Walaupun ada geli diisap darahnya oleh Lintah.

LINTAH DIGUNAKAN PENGOBATAN SEJAK ZAMAN DULU

Di laman Kompas, Lintah adalah kelompok hewan dalam keluarga cacing beruas (Annelida) yang berbadan pipih serta memiliki alat pengisap darah di ujung kepala dan ujung ekornya. Sekitar tiga perempat spesies lintah hidup sebagai parasit yang mengisap darah inangnya. Sedangkan sisanya merupakan pemangsa. Secara taksonomi, hewan ini dikelompokkan sebagai subkelas Hirudinea.

Kebanyakan lintah hidup di habitat air tawar. Sementara sebagian kecil hidup di darat atau di air laut. Spesies yang paling umum dikenal di antaranya adalah lintah medis (Hirudo medicinalis) yang bersifat hematofagus (pemakan darah). Spesies ini melekatkan pengisapnya di tubuh inang, lalu mengeluarkan senyawa peptida bernama hirudin untuk mencegah penggumpalan darah sebelum mengisapnya.

Spesies ini memiliki rahang untuk menembus kulit inangnya, sedangkan sebagian spesies lain memiliki probosis (semacam belalai) yang dapat dijulurkan dan menusuk kulit seperti tombak. Sebagian kecil spesies lintah tidak mengisap darah tetapi memangsa hewan-hewan avertebrata kecil.

Hingga abad ke-19, lintah umum digunakan untuk mengisap darah pasien. Dalam ilmu pengobatan di berbagai budaya sejak zaman kuno, hal ini dianggap dapat menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu. Dalam bidang kedokteran modern, penggunaan lintah dibatasi untuk mengobati beberapa penyakit sendi seperti epikondilitis dan osteoartritis, varikosa, dan untuk pemulihan setelah bedah mikro. Hirudin yang dihasilkan lintah digunakan sebagai obat antikoagulan untuk menyembuhkan beberapa kelainan terkait penggumpalan darah.

Terapi lintah diakui dalam pengobatan kontemporer karena studi ilmiahnya yang terbukti dan didukung. Ini banyak digunakan sebagai metode pelengkap terapeutik yang harus dilakukan secara strategis dan hati-hati di bawah ahli medis karena memiliki efek samping tertentu.

Terapi lintah juga sudah tercantum dalam Standar Intevensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut SIKI, terapi lintah didefinisikan sebagai penggunaan lintah untuk menghilangkan kelebihan jaringan yang ditanam yang bercampur dengan darah vena.

1.      Mengobati penyakit jantung

Terapi lintah digunakan dalam pengobatan penyakit kardiovaskular. Air liur yang dihasilkan lintah mengandung pengencer darah alami yang dapat mencegah dan menyembuhkan penggumpalan darah. Terapi ini sementara dapat meningkatkan aliran darah dan hiperalgesia atau meningkatkan kepekaan terhadap rasa sakit di jaringan ikat.

2.      Mengurangi peradangan vena

Menurut sebuah penelitian, terapi lintah mengurangi pembengkakan dan nyeri di kaki, memperbaiki perubahan warna pada kulit, dan meningkatkan kemampuan berjalan pasien yang menderita flebitis, suatu kondisi yang ditandai dengan pembekuan darah di pembuluh darah dalam di kaki. Untuk pengobatan ini membutuhkan empat hingga enam lintah yang langsung digunakan ke area yang terinfeksi.

3.      Dapat membantu luka yang diamputasi

Cedera amputasi (kehilangan bagian tubuh akibat kecelakaan) dapat menyebabkan sirkulasi darah yang tidak tepat ke area tersebut. Sebuah penelitian mengungkap tentang kasus cedera kulit kepala yang robek yang diobati dengan terapi lintah. Setelah beberapa hari, perbaikan warna dan kulit bengkak diamati. Studi ini juga menyoroti kasus pasien yang telah melalui operasi replantasi dan revaskularisasi jaringan wajah dan telinga, kemudian dirawat dengan aplikasi lintah untuk meningkatkan aliran darah dan sensitivitas area tersebut.

4.      Memiliki agen sitotoksik (membunuh sel kanker)

Penelitian menyebutkan bahwa air liur lintah mengandung senyawa bernama ghilanten yang dapat menekan pertumbuhan beberapa jenis tumor seperti melanoma, kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat. Ini juga mengandung peptida yang disebut hirudin, yang bertindak sebagai antikoagulan hebat dan memiliki karakteristik anti kanker. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kombinasi komponen yang ada dalam air liur lintah, protease inhibitor, dan antikoagulan dapat berguna seperti obat kanker.

5.      Mencegah diabetes

Peningkatan kadar glukosa darah pada diabetes melitus dapat menyebabkan gejala dan komplikasi yang parah. Tidak banyak laporan yang terdokumentasi tentang sifat anti-diabetes dari terapi lintah, namun, terapi ini banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai komplikasi diabetes seperti gangren dan penyakit jantung. Hirudin, peptida dalam air liur lintah meningkatkan aliran darah di pembuluh darah tepi dan meredakan gangguan koagulasi.

6.      Dapat mengobati masalah pendengaran

Terapi lintah juga digunakan untuk mengobati gangguan pendengaran mendadak, peradangan akut dan kronis pada telinga dan tinitus. Sebuah penelitian berbicara tentang terapi lintah di mana dua lintah digunakan; satu di belakang telinga dan satu lagi di depan telinga (dekat rahang). Terapi ini dilakukan 2-3 kali dengan interval 3-4 hari.

7.      Meredakan nyeri

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa terapi lintah lebih efektif dalam mengobati gejala osteoartritis seperti nyeri dibandingkan diklofenak topikal tanpa efek samping. Hirudin peptida dalam air liur lintah dapat mengurangi peradangan dan nyeri pada pasien artritis.

8.      Dapat mengobati masalah gigi

Protein bernama destabilase yang ditemukan pada lintah memiliki aktivitas antibakteri terhadap infeksi penyebab gigi seperti periodontitis dan abses alveolar. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa peptida antimikroba dari lintah dapat membantu menekan pertumbuhan bakteri dan mengaktifkan respon sistem kekebalan untuk menyerang infeksi.

Selain memberikan efek pengobatan, sebuah penelitian berbicara tentang beberapa kemungkinan efek samping dari terapi seperti berikut: masalah kulit yang umum seperti bekas luka, lecet, gatal dan kerusakan jaringan. Kemudian, infeksi terkait lintah, alergi diikuti dengan pembengkakan, edema dan eritema, dan perdarahan berkepanjangan diikuti oleh anemia atau syok hemoragik. Selanjutnya, perpindahan lintah yang tidak diinginkan ke tempat lain, serta meningitis (sangat jarang)

LINTAH DI TENGGOROKAN : Diduga ada penyakit lain, ternyata di dalam tonggorokan ada lintah yang masih hidup, sehingga membuat kesehatannya kerap terganggu.

LINTAH MASUK KE DALAM PERUT

DI laman kesehatan, bila lintah masuk ke makanan dan tertelan. Maka secara umum lintah ini sudah tercerna di rongga mulut dan masuk ke dalam pencernaan. Saat setelah dikunyah atau dicerna di rongga mulut, kemungkinan linta ini sudah mati.

Bilapun belum mati,maka lintah akan masuk ke lambung dan lambung akan meningkatkan asam lambung untuk membunuh lintah ini.

Namun, bilapun lintah ini tetap hidup dan masuk ke dalam pencernaan,maka pasien dengan parasit dalam saluran cerna dapat menyebabkan keluhan muntah, mual, nyeri perut,perdarahan, ataupun demam.

Oleh karena itu, bila pasien kemungkinan mempunyai riwayat lintah masuk ke saluran cerna, dan selanjutnya disertai dengan keluhan nyeri perut berulang, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter bedah. Dokter akan melaukan pemeriksaan langsung dan memastikan penyebab nyeri perut serta memastikan apakah lintah ini masih hidup atau tidak.

Oleh karena itu, dengan keluhan nyeri perut, maka kondisi linta yang masuk ke saluran cerna merupakan suatu kondisi kegawatan bagi pasien.

Berbeda dialami, orang tua bocah di Tiongkok kebingungan. Suatu hari, putra mereka mendadak mengeluh pusing dan tenggorokannya meradang. Bahkan ia sempat pingsan karenanya. Tak mau terjadi apa-apa pada sang buah hati, mereka pun memutuskan membawanya ke dokter.

Menurut penuturan sang ibu, Xiang Tungn (33), ia awalnya hanya mengira putranya yang bernama Xiaobo Chien (11) itu terserang flu. “Sebab ia mengatakan kepalanya pening dan tenggorokannya meradang,” tutur Tung.

Anehnya, Chien beberapa kali pingsan, dan orang tuanya tak percaya jika Chien bisa kehilangan kesadaran hanya karena radang. Penasaran, Chien pun diperiksakan ke dokter.

Sesampainya di rumah sakit, betapanya terkejutnya sang dokter karena menemukan lintah sepanjang 7 cm di dalam tenggorokan Chien. Namun baik orang tua Chien dan dokter tak tahu bagaimana bisa ada lintah di dalam tenggorokan bocah ini.

Belakangan Chien mengaku kira-kira sebulan sebelum gejala pening dan radangnya muncul, ia meminum air dari kolam yang ada di pinggir jalan yang dilewatinya ketika pulang sekolah. Dokter meyakini air yang sedianya digunakan untuk irigasi tersebut mengandung larva lintah. “Ia tak pernah mengungkapkannya, jadi kami tidak mencurigai apapun,” tandas Tung seperti dikutip dari Metro.co.uk.

Lintah ini diperkirakan tumbuh di dalam saluran pernapasan bocah berusia 11 tahun itu selama beberapa minggu. Selain itu karena lintah ini tumbuh di dalam saluran pernapasan Chien, maka tiap kali lintahnya bergerak, ia akan menutup saluran tersebut dan menyebabkan Chien mudah pingsan.

Untungnya lintah itu tidak memicu infeksi tertentu pada tubuh Chien, sehingga tim dokter dapat mengeluarkannya tanpa ada komplikasi atau masalah berarti. Setidaknya ini menjadi pelajaran berharga bagi Chien yang kemudian berjanji tak akan meminum air dari sembarangan tempat lagi. “Aku takkan minum air dari kolam sembarangan lagi,” sesalnya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *