Tiga Pulau Pusat Wisata di Lombok, Ribuan Bule Datang, Seperti Berada di Luar Negeri

TIGA PULAU: Pulau Gili Trawangan, Pulau Gili Meno, dan Pulau Gili Air. Ketiga pulau ini bagian dari Desa Gili Indah. Banyaknya wisatawan di desa itu dipatok oleh Pemkab Lombok Utara, agar hasilkan pendapatan asli daerah Rp 5 miliar tahun 2024.

Pulau Gili Trawangan menjadi tujuan utama, ketika melakukan kunjungan wisata ke Lombok, Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB). Banyak pemandangan yang menarik dan eksotis (daya tarik khas). Bahkan kita terasa di luar negeri. Tak terbayangkan, ketika berada di sana, hampir 80 persen wisata asing/bule. Sisanya penduduk lokal dan sebagian kecil wisatawan dalam negeri. Berikut tulisan kedua, kunjungan wisata ke Lombok, 4-9 Oktober 2024.

KEBERADAAN Pulau Gili Trawangan, Pulau Gili Meno dan Pulau Gili Air memiliki luas 2.954 hektare. Meliputi luas daratan Pulau Gili Trawangan 340 hektare dengan luas keliling pulau  7,5 kilometer. Kemudian, Pulau Gili Meno 150 hektare, dengan luas keliling pulau  4 kilometer. Berikutnya Pulau Gili Air 175 hektare dengan luas keliling pulau 5 kilometer. Selebihnya, merupakan perairan laut.

Jumlah penduduk di Gili Trawangan sekitar 2.089 jiwa (1.085 laki-laki dan 1.004 perempuan). Sedangkan Gili Meno sekitar 500 jiwa. Kemudian, Gili Air 1.800 jiwa.

Aktivitas seru di Gili Trawangan:

1. Snorkeling (menyelam ke dasar karang)

Daya tarik Gili Trawangan terletak pada wisata air yang jernih dan kehidupan lautnya yang menarik. Dari 7,5 kilometer garis pantai Gili Trawangan hampir seluruhnya memiliki spot untuk melakukan snorkeling. Kamu dapat melihat ikan warna-warni dan terumbu karang yang memukau dijamin gak akan nyesel deh! kamu juga bisa menyewa alat snorkeling dengan tarif kisaran Rp50 ribu sampai Rp 100 ribu.

2. Bersepeda

Bagi kamu yang ingin melihat keindahan di sekitar Gili Trawangan bersepeda dapat menjadi pilihan menarik. Kamu dapat menelusuri perkampungan lokal dan menikmati pemandangan pantai dengan menyewa sepeda sekitar Rp30 ribu per jam.

3. Aqua Flights

Bagi wisatawan yang ingin mencoba olahraga yang menantang, Aqua Flights dapat menjadi pilihan yang tepat. Dalam aktivitas ini, kamu akan dipasangkan dengan alat aqua flights yang didesain untuk menghasilkan dorongan air dan mengangkat tubuh ke udara. Biasanya sebelum bermain wisatawan akan diberikan pengarahan lebih dahulu oleh pemandu karena permainan ini termasuk ekstrem bagi pemula. Jangan lupa cobain ya! untuk bermain aqua flights, kamu akan dikenakan biaya sebesar Rp500 ribu per jam.

4. Glass Bottom Boat

Bagi pengunjung yang tidak bisa snorkeling tetapi ingin melihat keindahan bawah laut glass bottom boat dapat menjadi alternatif kamu. Kamu cukup duduk manis di atas perahu sambil melihat pemandangan bawah laut melalui kaca transparan di lantai perahu. Untuk dapat menikmati glass bottom boat, kamu akan dikenakan biaya sebesar Rp130 ribu per orang. 

5. Berkuda di Sekitar Pantai

Salah satu aktivitas yang wajib kamu coba yaitu berkuda. Kamu dapat menyusuri pesisir pantai sambil menikmati hembusan angin yang akan membuatmu merasa relaks. Bagi kamu yang tidak mahir berkuda, ada guide yang siap membantu dan menuntun kuda agar lebih mudah dikendalikan. Untuk menyewa kuda, kamu akan dikenakan biaya mulai dari Rp100 ribu sampai Rp300 ribu.

6. Cidomo.

Nama Cidomo berasal dari kata Sasak cika atau cikar (kereta tangan tradisional), dokar (bahasa Bali untuk kereta kuda) dan mobil (bahasa Indonesia untuk mobil) untuk roda yang digunakan untuk menggerakkannya. Biaya naik Cidomo di Gili Trawangan dengan tujuan Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Sedangkan kelilinng pulau Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu. Daya muat 3 atau 4 orang sekali jalan.

TRANSPORTASI AIR : Puluhan perahu berkesinambungan diesel dan speedboat ditawarkan kepada pengunjung untuk mengitari pulau. Tampak air laut jernih seperti kaca. Terlihat terang hingga ke dasar tepi laut.

POTENSI ALAM

Pulau Gili Trawangan, Pulau Gili Meno dan Pulau Gili Air merupakan tempat yang tidak boleh terlewatkan oleh siapapun yang berkesempatan mengunjungi Pulau Lombok. Masing-masing pulau memiliki keunikan dan keeksotikan. Pantainya yang berpasir putih. Airnya yang bersih dan jernih. Kemudian, danau serta taman lautnya yang indah menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

Potensi sumber daya alam yang luar biasa. Berupa biota laut maupun flora dan fauna. Berbagai biota laut yang bisa dijumpai berupa karang-karang laut seperti Karang Lunak ( Soft Coral ) dari genera Karang Biru ( Heliophora sp ). Kemudian, Karang Lobed brain/Lobe/Bebatuan ( Lobophyllia sp ) dan lainnya.

Karang Keras ( Hard Coral ) dari genera Karang Api (Millephora sp), Karang Hitam/Akar Bahar (Anthipathes sp), Karang Polip Kecil Berbatu (Monthipora sp). Berikutnya, berbagai macam jenis ikan hias seperti Ikan Buntal (Balistapus Undulates), Ikan Lencam (Lethrinus Nuburotus), dan Ikan Kod (Platak Pinnatus).

Vegetasi daratan yang dijumpai merupakan vegetasi yang dianggap tumbuh secara alami seperti Asam Laut (Temarindus Indica), Waru Laut (Hibiscus Tiliaceus), Ketapang (Terminalia Cattapa) dan lainnya. Selanjutnya vegetasi yang sudah diusahakan oleh masyarakat setempat seperti Kelapa ( Cocos Nucifera ), Bambu (Bambusa sp), Pisang dan tanaman pertanian lainnya.

Fauna yang dapat dengan mudah dijumpai antara lain jenis burung daratan seperti Raja Udang, Cerucukan, Itik liar, Elang, dan lainnya. Terdapat 54 marga dan 148 jenis karang yang tersebar di ketiga Gili ini. Karang yang tumbuh didominasi oleh Acropora sp, yang tumbuh pada kedalaman sekitar 3-16 meter dari permukaan laut. Keindahan pantai, kekayaan biota laut, flora dan fauna dari Gili Trawangan, Meno dan Air menjadi alasan utama wisatawan domestik dan mancanegara banyak berkunjung ke destinasi wisata ini.

Tentunya juga ditempat ini ada banyak aktivitas wisata yang bisa dilakukan mulai dari sekadar jalan-jalan mengelilingi pulau, jogging, sun bathing, berenang hingga melakukan aktivitas yang lebih menantang bersnorkling, fishing, surfing dan diving.

RIBUAN PENGUNJUNG: Para pengunjung bersiap-siap menupang speedboat dari Lombok ke Pulau Gili Trawangan, pusat wisata terkenal.

RIBUAN PENGUNJUNG KE GILI TRAWANGAN

Menurut laman Bisnis.com, Bupati Lombok Utara, Djohan Sjamsu menyebutkan, kunjungan wisatawan ke tiga gili yakni Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno terus bergeliat seiring dengan pulihnya industri pariwisata di kawasan Bali Nusra. Sudah tembus di angka 600.000 wisatawan. Apalagi tiga gili merupakan destinasi andalan NTB, letaknya yang strategis dekat dengan Pulau Bali. Hal ini menjadikan tiga Gili tujuan utama para wisman (wisatawan mancanegara) yang datang dari Bali. Apalagi saat perayaan tahun baru, Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air akan menjadi tujuan favorit wisman maupun wisatawan domestik.

Sementara itu, Legislator Komisi II DPRD NTB, Misbach Mulyadi, mengatakan, Gili Trawangan kini menjadi objek wisata kelas dunia. Menyusul predikat pulau wisata terbaik keempat di Asia yang diberikan situs perjalanan wisata dunia TripAdvisor. “Predikat itu membuktikan Gili (pulau kecil) Trawangan sudah diakui wisatawan mancanegara,” katanya. Gili Trawangan berada di posisi keempat setelah Koh Tao (Thailand), Nusa Lembongan (Bali), dan Ko Lanta (Thailand).

Mantan Ketua Asita NTB ini, infrastruktur yang telah dibangun di objek wisata itu baru sekitar 20 persen. Jalan lingkar yang dibangun Pemkab Lombok Utara. Gili Trawangan dikunjungi sedikitnya 1.200 wisatawan setiap hari. Selain mudah dijangkau dari Lombok, Gili Trawangan juga bisa dijangkau dari Bali. Tercatat ada 17 kali pelayaran kapal cepat dari Bali ke Gili Trawangan setiap hari.


PUSAT PEMERINTAHAN

Gili Trawangan satu dari tiga pulau yang masuk di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Dua pulau lainnya yang masuk wilayah Desa Gili Indah dan letaknya berdampingan yakni Pulau Gili Air dan Pulau Gili Meno. Untuk kantor kepala desanya di Pulau Gili Air. Demikian juga pusat pendidikan SD, SMP, dan SMK Pariwisata di Pulau Gili Air. “Jadi kalau anak-anak mau ke sekolah, setiap hari menggunakan transportasi air ke Pulau Gili Air. Jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 15 menit dari Pulau Gili Trawangan dan Pulau Gili Meno ke Pulau Gili Air,” kata Ipul nama lengkap Shaifullah, Guide (pemandu wisata) mandiri, dari Himpunan Pramuwisata Indonesia.

DI Laman LombokPost, bahwa pemkab setempat menargetkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pengelolaan aset Gili Trawangan untuk Tahun 2024 sebesar Rp 5 miliar.  Patokan PAD ini melihat jumlah wisatawan terus bertambah setiap tahunnya.

BERBAGAI KULINER : Serba Rp 25 ibu per porsi, berbagai menu siap saji yang ditawarkan di Gili Trawangan kepada pengunjung. Buka malam hari. Mulai dari berbagai makanan laut seperti cumi, kerang, udang dan lainnya. Termasuk berbagai kue tradisional.

SEJARAH PULAU GILI TRAWANGAN

Di laporkan Pikiran rakyat, bahwa Gili Trawangan sudah menjadi bahan cerita rakyat soal liburan indah di Indonesia. Sejarahnya, pada zaman penjajahan Jepang. Pantai ini menjadi tempat tentara Jepang menerawang atau mengintai musuh. Seiring zaman karena eksotismenya yang kian populer, Gili Trawangan menjadi tempat menyenangkan.

Sebenarnya, siapa suku Gili Trawangan itu? Kok bisa ya merawat tempat yang indah. Gili Trawangan memiliki 3 Suku yang mendiami pulau tersebut yaitu Suku Bugis, Suku Sasak dan Suku Mandar Balanipa. Penduduk yang saat ini lebih dominan di Gili Trawangan adalah Suku Bugis dan Suku Sasak. Kedua suku tersebut hidup berdampingan hingga kawin – mawin sampai lahirlah suku baru di Gili Trawangan yaitu Suku Busak (Bugis – Sasak). Suku Busak inilah yang sampai saat ini mendiami Gili Trawangan. Tak heran  di Gili Trawangan bahasa dan adat istiadat yang digunakan oleh penduduk asli pulau ini berbeda dengan bahasa sasak dan adat istiadat sasak yang sering kita dengar dan lihat di Pulau Lombok.

Adapun kisah lainnya tentang sejarah Gili Trawangan. di masa lalu, pulau kecil yang indah ini adalah tempat Kerajaan Karang Asem Bali yang ingin menguasai Pulau Lombok. Raja Bali mengutus Patih AA Gede Alit untuk menduduki Pulau Lombok, dan pada saat itu Patih AA Gede Alit membuang sekitar 350 orang pemberontak dari suku sasak yang merupakan penduduk asli Pulau Lombok ke Gili Trawangan dengan alasan karena tidak memiliki tempat tinggal. Kemudian, selama penjajahan Belanda pada tahun 1.870 seorang pelaut dari Suku Kerajaan Mandar Balanipa dari Sulawesi Selatan, Wak Sokna bersama dengan beberapa pelaut dari Suku Bugis, tiba di pulau kecil tersebut dan tinggal bersama suku sasak hingga saat ini.

Sementara itu, untuk asal nama Gili Trawangan ini dua versi yang berbeda. Pertama dalam bahasa Sasak, pulau kecil ini dinamakan sebagai ‘Gili’ sedangkan Trawangan bermula dari kata ‘Terangan’ yang mana artinya adalah bertelurnya penyu. Sebab, di pulau ini ada banyak penyu pada saat itu.

Sementara pada masa penjajahan Jepang, pulau kecil ini dimanfaatkan oleh tentara Jepang untuk menerawang dan mengintai kapal musuh dari sekutu Belanda. Pada masa itu, masyarakat Lombok belum pandai berbahasa Indonesia sehingga penyebutan kata ‘menerawang’ jadi ‘Trawangan’.

DIARAK KELILING KAMPUNG : Sepasang turis/bule tertangkap tangan melakukan aksi pencurian. Keduanya mendapatkan sanksi adat keliling kampung.

WAJIB PATUHI ATURAN ADAT

  1. PENCURI DIARAK KELILING KAMPUNG

Gili Trawangan punya aturan adat atau Awik-awik yang bertugas memantau keamanan. Gili clear dari alat negara, tidak ada polisi dan aparat. Mereka punya Awik-awik, semacam aturan adat yang terbentuk dari kesepakatan masyarakat dan dilakukan masyarakat itu sendiri. Ketika terjadi kriminal, akan diselesaikan melalui hukuman sosial seperti itu.

Kejujuran pekerja di hotel di Gili Trawangan pun telah teruji. Ini dibuktikan, ketika ada handphone rombongan kepala kampung se-Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur tertinggal di kamar hotel. Setelah akan melakukan check out (meninggalkan hotel). Salah seorang pekerja melaporkan ada handphone tertinggal. Dengan sigap, petugas hotel lainnya mengumumkan pemilik sebenarnya. Sungguh diakui, kejujuran pekerja di Hotel Royal Regantris Trawangan di Jalan Pantai Gili Trawangan, tempat para kepala kampung menginap.

Sedikit mundur ke belakang, kejadian maling diarak keliling Gili Trawangan juga pernah terjadi sebelumnya. Pada 14 Agustus 2015, laman komunitas The Gilis – Gili Air, Gili Meno and Gili Trawangan di Facebook juga sempat mem-posting seorang turis asing berkewarganegaraan Prancis yang kedapatan mencuri ponsel di Gili Trawangan. Hukum Adat Gili Trawangan: Arak Pencuri Keliling Pulau.Tak Terkecuali Bule.

Serupa dengan kejadian sepasang turis asing yang diarak di Gili Trawangan baru-baru ini, turis asing asal Prancis itu pun dipakaikan kalung dengan papan yang bertuliskan ‘I’M A THIEF I-STOLE (Saya seorang maling, saya mencuri).

Namun, hukuman adat tersebut tidak hanya diterapkan pada turis asing yang nakal. Pada 27 April 2016, akun Facebook yang sama sempat memposting foto dua pria lokal yang kedapatan mencuri ponsel.

Hukumannya, mereka berdua dipaksa melepas baju dan diarak keliling pulau sambil mengenakan kalung dengan papan yang bertuliskan ‘Saya maling, jangan ikuti perbuatan saya’. Hal itu menjadi bukti bahwa hukum adat berlaku bagi siapa saja tanpa terkecuali. Jadi traveler, jangan coba-coba mencuri di Gili Trawangan ya!.

  1. LARANGAN SEPEDA MOTOR APALAGI MOBIL

Tidak jelas sejak kapan mulai ada larangan bagi warga dan turis untuk menggunakan kendaraan bermotor di Gili Trawangan. Kepala Dusun Gili Trawangan Haji Lukman mengatakan larangan menggunakan kendaraan bermotor sudah menjadi aturan tak tertulis secara adat (awig-awig) sejak dulu. Tapi baru pada 2014 larangan dituangkan menjadi peraturan desa.

Alasan semula karena memang warga belum mampu membeli kendaraan bermotor dengan alasan ekonomi. Kendati saat ini pulaunya telah menjadi magnet utama pariwisata NTB, warga tetap mempertahankan larangan penggunaan kendaraan bermotor. “Setelah banyaknya turis berkunjung, kami justru ingin memberikan suasana baru bagi mereka dengan tetap melarang adanya kendaraan bermotor,” kata Lukman, seperti dilaporkan media Kompas.

Alasan lain, Lukman menambahkan, karena ukuran pulau yang tidak terlalu luas. Jika naik sepeda motor hanya butuh 1 jam untuk mengelilingi Pulau Gili. Selain itu, kata dia, kendaraan bermotor cepat rusak akibat tingginya kandungan garam udara di tiga Gili.

Setiap hari, menurut Lukman, setidaknya ada 3.000 turis datang dan pergi dari Gili Trawangan.Pintu masuk mereka terutama dari Bali, seperti Pelabuhan Padangbai dan Serangan dengan kapal cepat antara 1-2 jam. Begitu sampai di Gili Trawangan, mereka harus membiasakan diri berjalan kaki atau bersepeda. Dengan kendaraan sepeda, para turis bisa mengelilingi pulau dengan pantai sepajang kira-kira 7 kilometer.

Jalan-jalan relatif sudah bagus dengan paving atau beton. Hanya sedikit jalan bagian utara pulau yang rusak sehingga pengendara sepeda harus menuntun sepedanya.(rudy suhartono/bersambung tulisan tentang Mandalika, edisi, 14 Oktober 2024)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *