Sama Peluang di Pilkada Kutai Barat

KURSI KAYU: Hati-hati menarik bisa patah kaki kursinya. Sabar ya, penentuan siapa pemilik kursinya, pada hari Rabu, tgl 27 November 2024 nanti.

Prabowo Subianto (73) dan Gibran Rakabuming Raka (37) resmi jadi presiden dan wakil presiden ke-8 periode 2024-2029. Keduanya jalani sumpah jabatan disaksikan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin di Gedung MPR/DPR RI di Jakarta, Minggu (20/10/2024). Dugaan cawe-cawe hingga fitnah ke  Jokowi, pra Pilpres 2024 sempat viral. Tapi kini hilang bak ditelan bumi. Menjurus ke Pilkada Kutai Barat, juga bakal ramai. Sepertinya serupa Pilpres, tapi tidak sama.

SEBELUM membaca semua dalam tulisan ini sampai tuntas. Lebih baik berpikir positif dulu. Tenang dan jangan mudah terbawa emosi. Nikmati secangkir kopi atau ditambah pisang goreng.

Kembali ke Pilkada. Apalagi kini sedang gencarnya masa kampanye. Perang visi, misi dan program kepada pemilih di kampung-kampung. Gaspol oleh tim suksesnya masing-masing masih ada kesempatan hingga masa tenang tiga hari sebelum hari nyoblos (Rabu 27 November 2024). Meski suasana agak panas. Tapi kepala tetap dingin. Apalagi kini sedang beralih ke musim hujan. Rasakan sepoi angin dingin menyejukkan suasana. Hasil akhir Pilkada lancar dan aman. So pasti ya. Buat Kutai Barat tercinta ini.

Siapa pilihan Pilkada. Kini tengah menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Di pasar. Di warung, dan diberbagai kesempatan. Warga bertanya siapa yang didukung. Intinya beragam komentar. Ada pula warga menyatakan dukungan calon nomor urut 1. Demikian nomor urut 2. Dan seterusnya nomor urut 3. 

Padahal, jika menilik semua calon. Adalah asli warga Kutai Barat. Tidak ada yang kalah. Yang “pusing” itu mungkin timnya. Atau yang mendukung membabi buta. Apalagi yang menjurus kepada kepentingan. Tapi, hampir semua tim terurai. Pilkada lima tahun sebelumnya, masih satu tim A. Kini ada yang menyeberang ke tim B atau tim C. Begitu pula sebaliknya.

Di arus bawah, ajakan kepada masyarakat untuk mendukung pasangan calon (paslon) terus diperjuangkan oleh masing-masing tim. Tidak saja melalui kampanye terbuka dan tertutup. Adapula yang menyerukan melalui media sosial. Isinya ajakan baik dengan menyampaikan visi, misi dan program. Meski ada program yang dibuat ‘seandainya’ atau ‘kalau’. Seolah-olah bisa membangun  atau mewujudkan, seperti membalik telapak tangan. Atau bin salabin kayak kisah lampu Aladin. Tapi itulah bagian dari perjuangan. Berikan daya tarik pemilih untuk mendukung calon yang diusung.

Perang dimedia sosial (medsos) juga sudah mulai terbuka. Bahkan pelakunya sampai-sampai gunakan akun palsu. Perihatinnya. Kontennya informasi hoax, ujaran kebencian, hingga menjurus kepada fitnah. Sepertinya akan mencoreng citra slogan atau moto, Kutai Barat adalah Kota Beradat. Entah karena apa hingga berbuat sedemikian rupa. Dengan mudah disampaikan tanpa memikirkan akibat dan dosanya. Karena semua agama sama, perbuatan tidak baik hingga menjelekkan atau membuat fitnah kepada pihak lain itu adalah perbuatan yang tidak terpuji. Bahkan bisa dibilang dosa. Dicubit itu pasti sakit. Mari kita semua berlomba-lomba membuat konten yang menarik bagi paslon agar suasana sejuk tanpa tersakiti. Kita semua bersaudara. Satu tanah yakni Kutai Barat.

Sukses mengemban jabatan itu tidak harus menjatuhkan atau menyakiti lawan. Gunakan cara yang santun dan terpuji. Bahkan ada kalimat bijak. Jika kalah. Lalu diucapkan kata-kata semangat. “Kemanangan yang tertunda”. Demikian pula pemenangnya. “Jangan sekali-kali mengusungkan dada”. Tapi di Kutai Barat, para calon sudah memperlihat sikap dan pernyataan di media dengan berpesan. Jangan menyudutkan calon lain. Nah ini baru bijak. Tinggal pendukungnya juga bisa menyesuaikan diri.  

SUMBER; KPU KUTAI BARAT

BASIS PEMILIH

Jika merujuk data Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kutai Barat jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 28.104 meliputi 321 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Ini tersebar di 190 kampung dan 4 kelurahan dari 16 kecamatan se-Kutai Barat.

Dari 16 kecamatan itu, urutan pertama terbanyak DPT meliputi 3 kecamatan. Yakni Kecamatan Barong Tongkok paling banyak mencapai 24.962 pemilih. Disusul, Kecamatan Linggang Bigung 12.002 pemilih, dan ketiga Kecamatan Melak sebanyak 10.962 pemilih.

Terbanyak DPT urutan kedua, juga didominasi 3 kecamatan. Yakni 8.704 pemilih di Kecamatan Jempang, 8.415 pemilih Kecamatan Bongan, dan 8.098 pemilih Kecamatan Damai. Jika DPT dua urutan itu berhasil “dikuasai” sudah pasti pemenangnya. Jika merujuk ke asal atau basis para calon. Tapi itu semua bisa terwujud, jika pemilih memiliki empati.

Jika melihat asal, Frederick Edwin calon bupati urut 1 dari Kecamatan Linggang Bigung. Demikian pula Alexander Edmond, calon wakil bupati urut 3. Keduanya telah berpindah domisili di Kecamatan Barong Tongkok. Kemudian, Calon wakil bupati urut 1 Nanang Adriani dari Kecamatan Long Iram juga berdomisili di Kecamatan Melak.

Kemudian, Ahmad Syaiful calon bupati urut 2 berasal dari Kecamatan Tering juag berdomisili di Kecamatan Barong Tongkok. Kemudian, Jainudin calon wakil bupati urut 2 dari Kecamatan Mook Manaar Bulatn juga berdomisili di Kecamatan Melak.

Berikutnya, Sahadi calon bupati urut 3 dari Kecamatan Damai yang kini berdomisili di Kecamatan Barong Tongkok.

MILIKI PELUANG MENANG

Apakah panasnya Pilkada ini, sama dirasakan oleh para calon. Jawabannya, belum tentu. Apalagi para calon yang memiliki kekuatan sedarah. Seperti Calon Bupati urut 1 yakni Frederick Edwin berpasangan Nanang Adriani, calon wakil bupati. FENA (Frederick Edwin-Nanang Adriani) mengklaim sebagai pemenang karena mengaku mendapatkan dukungan yang sangat banyak. Apalagi mereka didukung 11 partai politik (parpol). Yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, PKS, PKB, PAN, Nasdem, Gelora, PPP, PSI dan Partai Umat. FENA pun satu paket dengan pasangan calon Gubenur Isran Noor dan Hadi Mulyadi calon wakil Gubernur Kaltim sama-sama nomor urut 1. Kemudian sama-sama diusung PDI Perjuangan.

Frederick Edwin, adalah adik kandung Alexander Edmond. Seperti diketahui, Alexander Edmond, calon wakil bupati urut 3. Keduanya, berlatar belakang pengusaha namun beda haluan. Namun keduanya, tetap masih diuntungkan. Jika hasil Pilkada nanti, salah satu pemenangnya. Artinya tetap menang. Keduanya, sama-sama memiliki peluang yang besar.

Apalagi keduanya adalah putra dari pasangan mantan Bupati Kutai Barat Ismail Thomas dan Lucia Mayo. Bahwa, Ismail Thomas terakhir jabatan Anggota DPR RI, banyak disenangi warga. Lebih peduli dan banyak berbuat sosial kepada warga. Imej inilah masih menjadikan harapan besar warga, agar sosok pemimpin yang baik itu estafet kepada putranya.

Berbeda dengan  Calon Bupati nomor urut 3 yakni Sahadi dan Alexander Edmond (DIAMOND). Didukung tiga parpol yakni Hanura, Perindo dan Partai Kebangkitan Nasional.

Sahadi, latar belakang birokrasi. Adik kandung Bupati Kutai Barat FX Yapan ini rela mengundurkan diri dari jabatan di Pemkab Kutai Barat. Ini dilakukan, Sahadi demi ingin membaktikan diri membangun Kutai Barat, lebih baik lagi.

FX Yapan, adalah mantan ketua DPRD Kutai Barat dan Bupati Kutai Barat masing-masing dua periode,. FX Yapan memiliki sepak terjang yang hebat dalam politik.

Bahkan FX Yapan pernah dua periode menjadi ketua tim sukses ketika Ismail Thomas dan Didik Effendi sebagai calon bupati dan wakil bupati Kutai Barat. Demikian jabatan ketua DPC PDI Perjuangan juga dua periode, Namun FX Yapan memilih mengundurkan diri, jabatan ketua PDI Perjuangan. Selang beberapa pekan, PDI Perjuangan merekomendasi Frederick Edwin, maju di Pilkada Kutai Barat 2024-2029.

Meski FX Yapan masih sebagai Bupati Kutai Barat hingga akhir Desember 2024 atau pasca pencoblosan Pilkada. Meski tidak boleh cawe-cawe. Namun FX Yapan, memiliki ilmu atau pengetahuan dalam percaturan politik yang mumpuni. Lantas para calon bisa “berguru”.

Demikian tak kalah hebatnya. Pasangan nomor urut 2 yakni H Ahmad Syaiful dan Jainudin (AHJI) diusung Partai Golkar. H Acong panggilan akrab Ahmad Syaiful ini, dua periode ketua Partai Golkar Kutai Barat mampu menambah jumlah kursi di DPRD Kutai Barat. Ini prestasi yang patut diacungi jempol. Hasil pemiihan legislatif (pileg) 2024-2029 berhasil menambah 2 kursi menjadi 5 kursi di DPRD Kutai Barat. Sedangkan Pileg lima tahun sebelumnya, mampu mendapatkan 3 kursi di DPRD Kutai Barat.

Penambahan jumlah kursi di DPRD Kutai Barat, tidak segampang yang dibayangkan. Namun H Acong mampu mendulang suara. Berkat tingginya dukungan inilah, salah satu alasan H Acong maju sebagai calon bupati Kutai Barat. Dia pun rela meninggalkan kursi di DPRD Kutai Barat.

Besarnya peluang AHJI, pada Pilkada juga tinggi sebagai pemenang. Terbelahnya dukungan warga, kepada calon nomor urut 1 dan 3. AHJI pun satu paket dengan calon Gubernur dan wakil Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud-Seno Aji. Mereka didukung 7 parpol yang bergabung dari 44 kursi DPRD Kaltim. Yakni Golkar, Gerindra, PAN, PKB, PKS, PPP dan NasDem. Menariknya, diantara 7 parpol, ditingkat Pilkada Kutai Barat memberikan dukungan kepada paslon nomor urut 1.

DEBAT PUBLIK

Menarik, debat publik terbuka pertama diselenggerakan Komisi Pemilihan Umum Kutai Barat, di Hotel Mercure Samarinda, Senin malam (14/10/2024). Ketiga pasangan calon (paslon) hadir disertai masing-masing membawa pendukung/tim sukses. Mencermati tanggapan dari ketiga paslon dari pertanyaan diundi dan dibacakan panelis. Semunya memberikan tanggapan memuaskan. Ini tentunya, dari pernyataan pendukungnya masing-masing.

Namun disayangkan, debat publik yang disiarkan oleh televisi nasional itu tidak semuanya bisa ditonton publik di Kutai Barat. Menyusul gangguan jaringan internet di Kutai Barat. Kecuali di kanal youtube.

Dari sejumlah pertanyaan debat publik itu, dapat tergambarkan melalui bidang harus diperhatikan di Kutai Barat. Ketika nanti terpilih sebagai kepala daerah. Di antaranya, pembangunan sumber daya alam, ekonomi, pendidikan, pemerintahan, kesehatan, kampung yang mandiri, dan pariwisata.

Kubar dalam angka bisa menjadi rujukan. Ini didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS). Atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Akan diketahui, kemana arah pembangunan yang harus dilakukan oleh ketiga paslon. Jika merujuk kepada data, maka akan menghasilkan angka untuk melahirkan pembangunan yang nyata. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) Kutai Barat tahun 2024 mencapai Rp 4 triliun lebih. Nominal ini jangan dianggap banyak. Karena jika dirincikan dengan sektor kebutuhan pembangunan di Kutai Barat, nominal tersebut masih terbilang belum cukup. Hal ini disebabkan, pengeluaran rutin berupa gaji, operasional pemerintah kabupaten, OPD, kecamatan hingga kampung se-Kutai Barat. Sehingga jatah dana pembangunan akan tidak mampu menampung kebutuhan yang terus mendesak di masyarakat.

Buktinya, Kabupaten Kutai Barat yang berdiri sejak 1999, hingga 2024 ini faktanya masih banyak pembangunan yang belum semua dirasakan masyarakat. Ini menandakan besarnya kebutuhan tidak sebanding dengan kemampuan finansial pemerintah daerah.

Pemimpin Kutai Barat nantinya diperlukan terobosan-terobosan kepada pemerintah provinsi dan pusat. Itupun jika memiliki kemampuan. Sementara pemerintah pusat sendiri sedang terfokus kepada pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kaltim. Belum lagi fokusnya presiden baru untuk mengutamakan visi dan misi pada kampanye Pilpres yang juga sama diutamakan.

Tapi tidak perlu pesimistis. Jika ada niat kuat membangun Kutai Barat pasti ada jalannya. Bukan berarti mudah menghamburkan janji-janji, namun setelah terpilih ingkar janji. Ingat, Pilkada Kutai Barat, cuma lima tahun yakni 2024-2029. Tapi faktanya, di Kutai Barat mampu menyelesaikan kepemimpinan selalu dua periode atau 10 tahun. Bukan tidak mungkin, pemenang Pilkada 2024 ini juga akan bertugas menjadi 10 tahun. Ini semua tergantung niat dan realiassi kinerjanya, sehingga mampu mendapatkan dukungan penuh masyarakat. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesuksesan. (rud/KP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *