MEDIAOKE.KALTIM PERS-Pembangunan kolam galian sekitar 2,5 hektare dengan kedalaman sekitar 2,5 meter di kawasan Sei Sermaung RT 1 Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, Kubar. Ini adalah kolam ikan pertama dan terbesar di Kampung Muara Beloan dibangun Pemkab Kubar melalui Dinas Perikanan (Diskan) tahun anggaran 2024. Harapannya, nanti bisa menjadi penyuplai perikanan ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Kolam yang akan menjadi kawasan budidaya perikanan itu, bisa menampung sekitar 237 ribu benih ikan. Kolam ini nanti akan dibudidayakan masyarakat Muara Beloan, secara kelompok. Kini pengerjaan kolam sedang dikebut oleh CV. Lembuswana Jaya, selaku pemenang tender yang diselenggarakan Diskan Kubar. Ditarget sebelum akhir tahun 2024 sudah selesai. Kemudian akan diserah terima kepada kelompok perikanan di Muara Beloan.
Pembangunan kolam budidaya perikanan ini atas usulan Kepala Kampung Muara Beloan kepada Pemkab Kubar melalui Diskan Kubar. “Kita bersyukur usulan bapak Kepala Kampung Muara Beloan telah disetujui oleh Pemkab Kubar,” ungkap Philip, Kepala Diskan Kubar, saat melakukan tatap muka dengan pemerintah kampung dan warga Muara Beloan di Kantor Kepala Kampung Muara Beloan, belum lama ini.
Tatap muka dihadiri mantan Kepala Dinas PUPR Kubar ini, sekaligus meninjau lokasi pembangunan kolam budidaya perikanan. Tak hanya kolam galian, Diskan Kubar juga telah membangunkan 20 Keramba Jaring Apung (KJA) yang ditempatkan alur Sungai Beloan, di RT 3 Muara Beloan. Ini akan dibudidayakan oleh dua kelompok tani atau 20 orang. Termasuk akan dibantu benih ikan patin dan pakan ikannya. Untuk KJA di bantaran Sungai Beloan ini, tahap ujicoba. Jika ini berhasil maka budidaya perikanan akan dilanjutkan. Jika sebaliknya gagal, akan dialihkan KJA di dalam kolam galian.
Kepala Kampung Muara Beloan Rudy Suhartono mengatakan, kenapa Muara Beloan lebih memfokuskan perikanan. Karena tidak ingin bahwa Muara Beloan sebagai penghasil ikan air tawar terbesar di Kubar akan punah, seiring waktu. Karena kondisi sekarang, perikanan di Muara Beloan mulai terancam.
Penyebabnya, ada dua kawasan perikanan di wilayah berat telah menjadi pembangunan jalan hauling. Sebagai lintasan produksi dua Perusahaan tambang batu bara dari areal tambang ke ponton di bibir Sungai Mahakam. Belum lagi adanya ancaman illegal fishing berupa setrum ikan. “Kita berharap dengan budidaya perikanan bisa memberikan penghasilan bagi warga nantinya,” kata Rudy.
Karena selama ini warga mengandalkan nelayan tangkap. Besarnya panen ikan ketika banjir dan pasca banjir. Setiap tahun sekitar 2 sampai 4 kali banjir. Saat itulah panen ikan melimpah. Namun setelah itu, mata pencaharian warga tidak ada lagi. “Sementara kebutuhan hidup berupa membeli beras dan keperluan lainnya perlu setiap hari,” sambungnya.
Dengan adanya kolam galian budidaya perikanan bagi warga Muara Beloan, lanjut dia, paling tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup warga. Ketika perlu uang membeli beras dan keperluan lainnya bisa memanen ikan di dalam kolam. “Kan lebih mudah mendapatkan uang ketika tidak ada musim ikan,” terangnya.
MENIRU MANDIANGIN DAN TULUNG AGUNG
Fokusnya pembangunan kolam galian, didasarkan hasil penilitian dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan. BPBAT adalah pusat perikanan se-Kalimantan. Kemudian hasil studi tiru di budidaya perikanan kolam di Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur.
Perpaduan dari kedua lokasi itu telah memutuskan usulan ke Pemkab Kubar bahwa Muara Beloan harus dibangun kolam galian. Hal ini sesuai kondisi lahan di Muara Beloan ada seluas 8.430 hektare. Sekitar 3.000 hektare bisa dimanfaatkan untuk kolam galian. Karena masih tahap ujicoba, dilakukan pembuatan kolan galian melalui program ketahanan pangan dari dana pemerintah kampung. Pembangunan kolam galian di atas lahan 9 hektare di kawasan Sei Seperupuk RT 1. Kemudian di Lokasi lagi di kawasan Sei Seperupuk. Di sini tersedia lahan seluas 5 hektare.
Kenapa kolam galian layak untuk budidaya perikanan. Hal ini didasari atas mudahnya pemeliharaan ikan dari benih sampai pembesaran ikan. Kadar air dapat diatur melalui tes Potential of Hydrogen (PH) adalah derajat keasaman. Stardar normal PH adalah 7. Kemudian, tes Total Dissolved Solids (TDS) adalah sebuah indikator untuk mengukur jumlah padatan atau partikel terlarut di dalam air. “Cara ini bisa membuat budidaya perikanan bisa berkembang dengan baik,” kata Rudy. Jika PH asam, maka harus dilakukan pergantian air. Sebaliknya jika air keruh bisa ditaburkan kapur. Di kawasan ini akan dibangun sumur bor. Ini dilakukan untuk sirkulasi atau pergantian air di dalam kolam. Kemudian, membuat oksigen agar ikan bisa mudah membesar.
Jika budidaya perikanan di Sungai Beloan, sulit dilakukan pengontoran air, Bahkan cenderung gagal panen. Hal ini sudah dirasakan warga Muara Belaon. Jikapun air asam tidak mampu ditaburi kapur karena kondisi air mengalir. Demikian kondisi air dari hama juga sulit dibrantas.
Suksesnya budidaya perikanan di kolam itu, lanjut dia, telah melihat keberhasilan di BPBAT Mandiangin dan Tulung Agung. “Rata-rata mereka sukses panen dan berlimpah,” katanya.
Untuk kebutuhan pangan/pelet? Pemerintah Kampung Muara Beloan telah mengadakan mesin pelet apung. Ini bisa membantu kebutuhan pangan mandiri. Karena budidaya perikanan terbentur dengan kesedian pangan/pelet. “Ini nanti kita siap menyiapkan pangannya karena sebagian bahan tersedia di Muara Beloan. Sisanya didatangkan dari Tulung Agung,” tutupnya. (rud/KP)