Pertalite Mau Dihapus ?

foto:ist ISI SENDIRI: Salah satu SPBU di jalan tol Balikpapan-Samarinda, tersedia penjualan BBM dengan mengisi sendiri. Lebih mudah jika di Kubar juga diberlakukan serupa.

Catatan: Rudy Suhartono

Pertalite lebih murah karena subsidi pemerintah. Ini jika harus rela antre di SPBU atau APMS. Jika harga di pengecer lumayan mahal. Antara Rp 13.500 sampai Rp15 ribu per liter.

Namun belakangan ini, BBM murah untuk kendaraan itu bakal dihapus oleh pemerintah. Berbagai alasan mengemuka.

Diantaranya, BBM subsidi itu tidak tepat sasaran. Harusnya untuk digunakan warga tak mampu. Faktanya, lebih banyak dinikmati warga kelas menengah hingga atas. Bahkan, ada juga sejumlah kendaraan operasional perusahaan.

Penggantinya, Pertamax Turbo atau Pertamax Green 92dan 95. Ini harganya lebih mahal. Kisaran Rp 13-15 ribu per liter. Ini harga di SPBU dan APMS. Jika dipengecer bisa capai Rp 18-20 ribu perliter.

Pemerintah akan menerbitkan aturan pembatasan bahkan larangan pembelian BBM subsidi yakni Pertalite dan solar terhadap beberapa jenis kendaraan. Larangan ini sudah diatur di dalam revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM. Revisi Perpres ini diharapkan bisa segera diterbitkan karena bertujuan agar BBM bersubsidi bisa lebih tepat sasaran. Keputusan tersebut akan disahkan melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014.

MESIN BERKERAK: Komponen mesin kendaraan yang dipaksa menggunakan Perlalite ternyata membuat mesin berkerak dan rusak. Ini menurut ahli mesin.

RUSAK MESIN

Di sisi lain, mesin terlalu lama menggunakan Pertalite sesuai tercatat ahli mesin, ternyata memiliki dampak negatif terhadap keberlangsungan kendaraan. Selain itu dampak lingkungan akibat asap kendaraan yang ditimbulkan.

Eko Setiawan, Pemilik Everest Motor Bintaro mengatakan hampir semua mobil modern dari pabrikan sudah disetel untuk menggunakan bahan bakar berkualitas, minimal RON 92.

“Dari spesifikasi mesinnya yang memang memiliki kompresi tinggi, mengharuskan mobil baru diisi BBM minimal RON 92, sehingga pemakaian Pertalite bisa membuat tarikan mesin kurang bertenaga” ucap Eko kepada Kompas.com, belum lama ini.

Eko mengatakan dari pengamatan di lapangan memang mesin yang menggunakan bahan bakar kualitas rendah lebih rentan kotor di ruang bakarnya. Sehingga memerlukan servis atau pembersihan ruang bakar lebih sering.

Anom Budi Prasetiyo, Pemilik Markas Oto spesialis Nissan & Datsun Depok mengatakan beberapa dampak jangka panjangnya ketika mesin menggunakan bahan bakar berkualitas rendah tanpa melakukan servis secara rutin.

“Bisa saja pakai Pertalite, tapi pasti tarikan mesin menjadi lebih berat, ngelitik pasti, dan ruang bakar akan cepat kotor. Sehingga disarankan sering-sering melakukan gurah mesin atau pembersihan ruang bakar,” ucap Anom. Anom mengatakan kerugian lainnya ketika pakai BBM kualitas rendah, mesin juga bakal menjadi lebih boros bahan bakar. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *