MEDIAOKE-KALTIM PERS- Demam Berdarah Dangue (DBD), Kutai Barat masuk zona hitam, se-Kaltim. Tiap bulan cenderung tinggi. Hingga 26 Maret 2024, tercatat 312 kasus.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kubar merilis, 10 kecamatan dari 16 kecamatan se-Kubar terbanyak penderita akibat gigitan nyamuk Aegypti. Ke-10 kecamatan itu (lihat tabel).

“Mencegah penularan DBD diminta peran Masyarakat melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M Plus,” kata Kepala Dinkes Ritawati Sinaga. Sebelumnya, data akhir 2023 sebanyak 385 kasus dan 4 orang meninggal dunia.
Ritawati menyebutkan, ciri-ciri penyakit DBD adalah ditandai dengan demam panas tinggi lebih dari dua hari. Kemudian ada ciri-cirinya berupa kulit tampak bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk, nyeri ulu hati, lemah dan lesu. “Jika sudah ada gejala seperti ini segera berobat ke Puskesmas atau sarana pelayanan Kesehatan terdekat. Karena penyakit DBD sering mendatangkan kematian, jika tidak segera ditangani sejak dini,” kata mantan pimpinan Puskesmas Melak, tersebut.
Memprihatinkan ungkap Ritawati, hingga saat ini belum ada obat untuk pengobatan penyakit DBD belum ada. Sehingga satu-satunya cara yang paling efektif dan efesien untuk pencegahan dan penanggulangannya dengan melakukan PSN Ases Aegypti. Kegiatan PSN ini dengan melakukan 3 M plus. Yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, serta memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air. Langkah lainnya, bisa menabur 1 sendok makan atau 10 gram bubuk abate untuk 100 liter air. Berikutnya menghilangkan tempat hinggap nyamuk berupa tidak mengantungkan pakaian di dalam rumah serta pencahayaan rumah yang cukup.
Cara lain, untuk menghindari gigitan nyamuk memakai racun anti nyamuk. Berupa semprot atau lotion, memakai kelambu, memasang kaca ventilasi, menghindari tidur pukul 08.00 – 10.00 kemudian pukul 15.00-17.00. “Karena pada waktu biasanya nyamuk DBD mencari makan,” terangnya. (rud)