KUTAI KARTANEGARA, Mediaoke.id- Dimana ada gula di situ ada semut. Mungkin pribahasa ini yang cocok untuk Isna, warga RT 6 Desa Teluk Muda, Kecamatan Kahala, Kutai Kartanegara (Kukar). Sudah belasan tahun membuka usaha di pinggir jalan poros Kecamatan Kota Bangun, Kukar ke Melak Seberang, Kutai Barat (Kubar).
Akses jalan poros tengah ini lebih dekat ketimbang jalan trans Kalimantan. Kecuali musin hujan ada beberapa titik licin. Karena sebagian besar masih jalan sertu.
Ada belasan rumah di pinggir jalan poros Kota Bangun-Kubar. Membuka usaha dagang. Tidak saja menu makanan. Melainkan juga jualan lainnya. Sepeti ikan asin, ikan salai (asap), buah durian, dan barang-barang lainnya. Mengais rezeki dari warga yang melintas. “Dulu saya bersama suami sempat bekerja kayu di Kampung Muara Jawaq, Kecamatan Mook Manaar Bulatn, Kubar. Setelah itu kami membangun rumah di sini sambil berjualan,” kata Isna kepada Mediaoke.id, Selasa (9/1/2024). Isna juga menjual ikan asin biawan per kg Rp 35 ribu, ikan asin haruan Rp 50 ribu, ikan salai (asap) Baung Rp 190 ribu, dan ikan patin Rp 100 ribu.

ONGKOS BBM: Isna (kanan) menjual kembali durian dari Kubar, karena harga beli lebih murah dan dijual Rp 15 ribu per buah. Keuntungannya bisa kembalikan biaya BBM.
Sembari mengenag masa lalu, suaminya kerap ke Kubar. Bahkan baru-baru ini ke Kubar mencari durian. Karena mendapatkan informasi di Kubar harga buah durian sangat murah. Suaminya banyak membeli buah durian di Muara Jawa. Lantas dijual lagi di warungnya. “Kalau yang besar Rp 15 ribu yang agak kecil 10 ribu,” ujarnya sembari menawarkan durian Kubar.

MASIH PANAS: Ikan asap baung dan patin dibakar di depan rumah sambari dijual.
Untuk penghasil durian di wilayahnya, kata dia, ada dua kecamatan terdekat yakni Kecamatan Tabang dan Kembang Janggut. Hanya saja harganya sangat mahal. Buah durian Rp 40 ribu per buah.
Puluhan tahun lalu, ungkapnya banyak buah durian. “Buah langsat itu gawek maha lagi (fasih berbahasa Kutai: buah langsat tinggal ambil saja pakai tangan, karena dahannya rendah). Tapi setelah kebakaran hutan sekirar tahun 90-an, pohon langsat dan durian banyak yang mati.(rud)