Seorang Anak SD Beloan Pasien DBD, Puskesmas Fogging di Rumah dan Sekolahnya

BASMI NYAMUK: UPT Puskesmas Muara Pahu melakukan fogging ke rumah pasien DBD dan SDN 008 Muara Beloan, Rabu (24/1/2024).

KUTAI BARAT, Mediaoke.id- Aksi fogging (pengasapan) terpaksa dilakukan jajaran Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Muara Pahu di Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu, Kutai Barat (Kubar), Rabu (24/1/2024). Ini dilakukan menyusul ada seorang anak di RT 1 yang terindikasi terserang penyakit demam berdarah dangue (DBD).

Pasien diketahui DBD setelah menjalani perawatan di RSUD Harapan Insan Sendawar. Aksi fogging ini dilakukan berjarak 100 meter di radius rumah pasien yang terduga DBD. Kemudian di SDN 008 Kampung Muara Beloan. Karena di sekolah itu, pasien tadi menempuh pendidikan. Fogging tindakan pengasapan dengan bahan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk nyamuk Aedes Aegepty, pembawa penyakit DBD.

Kepala Kampung Muara Beloan Rudy Suhartono merespon positif langkah UPT Puskesmas Muara Pahu melakukan fogging di Muara Beloan. Semoga cara ini bisa menghentikan peredaran DBD kepada warga lainnya. Fogging saat banjir inipun dipastikan lebih efektif. “Karena nyamuk tidak bisa lagi berlindung,” kata Rudy.

RUMAH PASIEN: UPT Puskesmas Muara Pahu lakukan pengasapan agar nyamuk pembawa penyakit DBD bisa mati, sehingga tidak mengigit atau menularkan warga lainnya.

Diberitakan sebelumnya, kasus DBD terus meningkat. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kubar mencatat hingga akhir 2023 sebanyak 385 kasus dan 4 orang meninggal dunia. Harus diwaspadai, karena kasus DBD ini merata terjadi di 16 kecamatan se-Kubar.

Kepala Dinkes Kubar Ritawati Sinaga menyebutkan, ciri-ciri penyakit DBD adalah ditandai dengan demam panas tinggi lebih dari dua hari. Kemudian ada ciri-cirinya berupa kulit tampak bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk, nyeri ulu hati, lemah dan lesu. “Jika sudah ada gejala seperti ini segera berobat ke Puskesmas atau sarana pelayanan Kesehatan terdekat. Karena penyakit DBD sering mendatangkan kematian, jika tidak segera ditangani sejak dini,” kata mantan pimpinan Puskesmas Melak, tersebut.

Memprihatinkan ungkap Ritawati, hingga saat ini belum ada obat untuk pengobatan penyakit DBD belum ada. Sehingga satu-satunya cara yang paling efektif dan efesien untuk pencegahan dan penanggulangannya dengan melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) Ases Aegypti. Kegiatan PSN ini dengan melakukan 3 M plus. Yakni menguras dan menutup tempat penampungan air,  serta memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air. Langkah lainnya, bisa menabur 1 sendok makan atau 10 gram bubuk abate untuk 100 liter air. Berikutnya menghilangkan tempat hinggap nyamuk berupa tidak mengantungkan pakaian di dalam rumah serta pencahayaan rumah yang cukup.

Cara lain, untuk menghindari gigitan nyamuk memakai racun anti nyamuk. Berupa semprot atau lotion, memakai kelambu, memasang kaca ventilasi, menghindari tidur pukul 08.00 – 10.00 kemudian pukul 15.00-17.00. “Karena pada waktu biasanya nyamuk DBD mencari makan,” terangnya. (rud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *